Sabtu, 13 Juli 2013

AIR SUMBER KEHIDUPAN

Tadi pagi (Jum’at, 12 Juli 2013) ada kesempatan berkunjung ke Dinas PSDA Kota Semarang untuk mendampingi teman untuk paparan perkembanagn proyek drainase penanganan banjir dikawasan perempatan Cinde dan sekitaranya. Lama menunggu di lobi, ada beberapa poster tentang sumber daya air baik berupa himbauan, “Hujan adalah rahmat, salah mengelolanya akan jadi musibah.” Disertai dengan ilustrasi kartun tentang bencana banjir yang dialami penduduk di perkotaan. Namun ada sebuah poster lain yang menarik karena mengutip dari ayat Alqur’an.

"Dan Kami turunkan air dari langit dengan jangka tertentu; maka Kami endapkan dia dalam bumi. Dan Kami pun berkuasa menghabiskannya." (QS. Al Mu’minun ayat 18). 

Membacanya saya jadi berpikir, teringat oleh pada matakuliah hidrologi dan pengelolaan sumber daya air yang kudapatkan setahun yang lalu ternyata isinya sudah termaktub dalam Alqur’an karim, Subhanallah.

Kami turunkan air dari langit dalam waktu tertentu; maka Kami endapkan dia dalam bumi. Dalam siklus hidrologi dikenal istilah persipitasi, kenapa tidak disebut hujan? Karena persipitasi ada tiga macam bentuk air yang turun ke bumi yaitu hujan, salju dan es. Dalam jangka waktu tertentu itu adalah siklus air dari ia jatuh kebumi diserap tanah (infiltrasi) lalu mengalir ke laut kemudian menguap menjadi awan lalu jatuh ke bumi melalui persipitasi itu dalam jangka waktu yang lama hingga ratusan tahun. Jika siklus hidrologi itu terjadi dalam waktu yang singkat maka telah terjadi kerusakan ekosistem di daratan akibat ulah tangan manusia.

Dan Kami pun berkuasa menghabiskannya. Diakhir ayat ini berisi ancaman, bisakah air didunia ini habis? Tidak bisa, volume air tetap sepanjang masa. Bisakah air di daratan yang mengendap di bumi habis? Bisa, bila siklus hidrologi terjadi dalam waktu yang singkat. Air akan habis di daratan bila semua air akibat hujan semua mengalir di saluran lalu menuju ke laut tanpa bisa lagi terserap oleh bumi, karena tanah sudah banyak tertutup bangunan.

Air di daratan atau air tawar penting untuk kelangsungan hidup, manusia butuh minum, mandi, mencuci, irigasi pertanian, transfortasi dan lain-lain itu semua butuh air. Perkiraan para ahli, dimasa depan penduduk dunia akan berebut sumber mata air setelah cadangan minyak habis, sebagai kita tahu bahwa melalui riset Professor Stanley Mayer telah menemukan mobil berbahan bakar air, sayangnya dia  telah mengorbankan nyawanya untuk cita-cita sebagai seorang idealis, karena dimusuhi berbagai  kepentingan. Stanley Mayer ditemukan meninggal secara mendadak di sebuah rumah makan. Diduga dia meninggal karena diracun. 

Mampukah bumi ini menopang lebih dari tujuh milyar jiwa manusia? Sampai kapan bumi ini bisa memenuhi kebutuhan manusia sementara lahan pertanian dan air tawar kian menyusut sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk?

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Allah SWT telah menjamin kelangsungan hidup umat manusia dengan syarat mereka beriman dan bertaqwa, dan semua pertanyaan diatas akan terjawab. “Iman dan taqwa” ini kita artikan dalam arti luas yang tercermin dalam tindak tanduknya di bumi.

Dalam menjaga keberlangsungan air tawar agar tetap terjaga di daratan selain dari penerapan teknologi dari Rekayasa Hidrologi juga dibutuhkan peran umat manusia yang “beriman dan bertaqwa” dalam menjaga keberlangsungan keseimbangan alam. Pola hidup sehat dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya air darat, menyediakan sumur resapan disetiap rumah tangga agar air hujan tidak semua melimpas ke permukaan tapi ada sebagian yang meresap ke tanah dan tidak berlebihan dalam pemakaian air tanah yang tersedot dari sumur.

Itu adalah langkah kecil yang bisa dilakukan siapa saja untuk menjaga kelangsungan hidup manusia kelak. Air untuk masa depan.

Read More......