* satu jam menulis serentak milad FLP ke 15
Sejarah
bisa ditulis dengan tinta emas maupun tinta hitam. Sejarah menurut para fisuf
adalah biografi orang-orang besar. Esensi dari sejarah sebagai sebuah cerita karena
menyangkut tentang kejadian personal dan kejadian yang terpaut ruang dan waktu.
Dalam sebuah sejarah sebagai sebuah kejadian selalu ada pelajaran yang bisa
dipetik, tidak peduli itu sejarah antagonis yang ditulis dengan tinta hitam
maupun kisah protagonist yang ditulis dengan tinta emas.
Sejarah
sebagai sebuah keadian, peristiwa akan terus berulang ditempat dan waktu yang
berbeda, demikian pula dengan personal sebagai pelaku. Cakramanggiling, itulah istilah filsafat jawa yang bisa
menggambarkan bahwa roda perputaran waktu akan selalu berputar, seperti halnya
alam mayapada ini yang berotasi dalam sehari dalam berevolusi dalam setahun. Alam
semesta ini berbentuk cakra (bundar)
dan akan selalu berputar, hanya saja perputaran sejarah/ kejadian sulit untuk
diprediksi secara akurat, karena alam semesta ini mempunyai dimensi yang tak
hingga.
Bumi
sebagai tempat kita ini berpijak ini adalah penampakan dari dunia tiga dimensi,
itulah mengapa kita bisa memprediksi satu jam lagi matahari akan naik tepat
diatas kepala berdasarkan kejadian berulang karena saat ini waktu menunjukkan
pukul 11.13 WIB. Berdasar pada dunia ini adalah tiga dimensi itulah kenapa
manusia bisa menentukan ruang dan waktu. Rumus ruang adalah panjang dikali
lebar dikali tinggi, sedangkan konsep waktu adalah satu tahun 365/366 hari,
satu hari duapuluh empat jam dan satu jam adalah enam puluh menit, satu menit
enam puluh detik dan satu detik?
Kejadian
dibumi yang tercatat baik oleh sejarah bisa begitu mudah dicerna manusia karena
sejarah itu masih dalam tataran dimensi ketiga, antara ruang dan waktu. Lalu
kenapa manusia tidak bisa memprediksi akan musim, arah angin, bencana secara
akurat, padahal hal demikian telah tercatat dan merupakan kejadian yang
berulang dalam sejarah?
Jawabannya
adalah otak manusia belum bisa menangkap dengan terang imajinasi akan adanya
dimensi keempat, dimensi kelima, dan seterusnya. Berapakah tingkat tertinggi
dari dimensi jagat raya ini? jawaban menurut hukum fisika, rumus persamaan vector
menjelaskan pada kita bahwa dimensi memiliki dimensi hingga tak hingga, namun
akal manusia hanya sanggup menerima sampai dimensi ketiga saja. Wallahu’alam
bish shawab.
Alam
jagad raya ini luas sampai tak hingga, bahkan semua seluruh satu luas yang dibuat
manusia dibumi ini tidak sanggup mengukur betapa luasnya jagad raya ini. Satuan
yang dipakai adalah angka satuan cahaya, dan itu adalah angka satuan dari alam.
Albert Einstein pernah mengatakan, tidak akan ada benda mampu bergerak melebihi
kecepatan cahaya, sekalipun itu ada, tetapi tidak ada material yang bisa
mempertahankan bentuknya akibat berbenturan dengan udara. Mungkin jika ada
suatu zat yang bisa berlari kencang melebihi kecepatan cahaya, dia zat yang
kekal karena bisa melawan arus putaran waktu.
Sejarah
memang akan terus berulang, namun bukan kejadian yang terkait dengan ruang dan
waktu, tetapi esensi, hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian
masa lalu guna menyongsong masa depan. Sejarah itu berulang bukan dengan
menghadirkan ruang dan waktu dimasa lalu kemudian memindahkannya dimasa kini.
Itulah kenapa sejarah penting untuk dicatat dan dibaca sebagai pijakan
melangkah untuk hari esok.
Sejarah Sebagai Arus Perputaran Waktu
Ada
sebuah kisah klasik dari negeri Tiongkok, diceritakan dalam epos drama “The
Promise”. Kisah tentang budak seorang jenderal yang bisa berlari sangat
kencang, konon kecepatan lari sang budak bisa melebihi putaran waktu, dengan ia
bisa mengulang waktu dengan berlari ke timur berlawanan arah dengan perputaran
matahari mengelilingi bumi.
Pada
suatu ketika ia membawa sang majikan untuk mengubah sejarah hidupnya yang
ditinggal pergi istrinya. Mereka berhenti dikejadian saat Sang Jenderal diam
terpaku membiarkan istrinya pergi begitu saja, saat itulah sejarah berubah sang
Jenderal belajar dari masa depan bahwa ia tidak bisa hidup tanpa seorang isteri
yang mendampingi. Ketika ia berhadapan dikejadian itu untuk kedua kalinya, Sang
Jenderal mengakui kesalahannya dan tidak segan-segan mencium kaki isterinya
untuk meminta agar ia tidak mengurungkan niatnya tersebut.
Akhirnya
Sang Jenderal kembali hidup bersama dengan istrinya.
Ada
beberapa poin yang dipertanyakan jika filsafat sejarah adalah seperti yang ada
dalam kisah diatas. (1) Bagaimana kelanjutan sejarah (kejadian) sang Jenderal
dimasa itu sedangkan dirinya sebagai subjek telah berpindah dari masa itu ke
masa lalu dan menjadi subjek disana menggantikan dirinya subjek juga dimasa
itu? (2) Apakah sejarah itu mempunyai banyak versi seperti hal dunia yang
mempunyai banyak dimensi?
Pertanyaan
diatas bisa dijawab dengan jawaban “ya” atau “tidak” dan tidak membutuhkan
penjelasan kenapa jawabannya adalah “ya” dan jawabanya adalah “tidak”. Ini
menyangkut kepercayaan, religion, dan kepercayaan bukan perkara ya atau tidak,
benar atau salah, semua kembali pada diri sendiri, kembali pemahaman
masing-masing tentang aqidah.
Jikalau
pertanyaan diatas diajawab “ya”, membenarkan bahwa konsep sejarah adalah
bercabang, tidak linier dan mempunyai banyak versi dalam satu subjek, maka
inilah yang disebut dengan reinkarnasi
dalam kepercayaan suatu agama, dan itu banyak dianut oleh penduduk asal dari
kisah diatas.
Islam
mengkaji pula tentang filsafat dan sejarah sebagai sebuah kejadian. Al-qur’an
banyak memuat kisah tentang kejadia Nabi dan Rasul terdahulu yang sebagian
besar diturunkan dalam periode mekkah sebagai bahan kajian dan landasan bagi
Rasulullah SAW untuk melangkah dalam dakwah. Jawaban atas dua pertanyaan diatas
dalam islam adalah “tidak”, sejarah adalah suatu garis takdir yang linier,
tidak bercabang dan hanya memiliki satu versi tunggal untuk seorang subjek.
Semua garis ketetapan sejarah itu telah ditulis dalam kitab lauh mahfudz.
Ada
sebuah riwayat hadits yang berbunyi, “Silaturahmi akan menambah rizki dan
memanjangkan umur.”
Lalu
jika umur bertambah karena silaturahmi, berarti sejarah rentetan kejadian yang
bercabang buka lagi linier? Ada dua pendapat ulama tentang hadits ini terutama
yang menyangkut masalah umur, yang pada intinya semua dua-duanya mengerucut
pada satu kesimpulan bahwa sejarah adalah rentetan kejadian yang linier,
mengikuti garis takdir yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudz. Jika Allah menetapkan sesuatu, maka Ia akan menciptakan sebab-sebabnya.
Pendapat
pertama dari ulama, Silaturahmi dapat memanjangkan umur, ini dilihat bukan dari
makna sebenarnya. Silaturahmi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
sebagai wasilah untuk saling
menasehati, lewat buku-buku yang beliau tulis banyak para ulama terdahulu
seperti masih hidup sampai sekarang, ia dikenang akan ajaran-ajarannya. Jadi
yang dimaksud dengan “memanjangkan umur” tidak berarti umur bertambah, hanya
saja keutamaan dari umurnya itu yang bertambah panjang.
Dan
pendapat yang kedua, benar bahwa umur akan bertambah dengan silaturahmi, akan
tetapi hukum sebab-akibat itu berlaku. Poin-poin dikitab Lauh Mahfudz jelas
dengan sangat rinci menjabarkan orang-orang panjang umurnya oleh karena
disebabkan banyak-banyak bersilaturahmi. Dan itulah ganjaran bagi orang
bersilaturahmi.
Sejarah Antara Fiksi dan Fakta
“Batas
antara fiksi dan sejarah adalah kesesuaian dengan keadaan, jika itu terjadi
maka tokoh fiktif akan dikenang sebagai tokoh sejarah.”
Anne
Frank, gadis kecil berusia 13 tahun yang ditawan bersama keluarganya di kamp
Nazi. Sehari-harinya ia menulis diary tentang apa-apa yang ia alami dari 12
Juni 1942 hingga 1 Agustus 1944. Ketika Anne Frank meninggal dunia dalam usia
yang sangat belia, dia meninggalkan catatan harian yang terkenal di dunia.
Akibat
kediktatoran sebuah rezim, banyak sejarah masa lalu dari sebuah bangsa
dibelokkan untuk kepentingan penguasa. Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara
menggugat hari kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei berdasar
pada hari kelahiran organisasi priyayi, Boedi Oetomo. Ahmad Mansyur Suryanegara
menggunakan novel “Sang Pemula” karya Pramoedya Ananta Toer sebagai landasan
ilmiah untuk mendukung pendapatnya.
Pada
zaman kediktatoran Majapahit kejadian serupa juga terjadi, Pemerintah Majapahit
menuliskan sebuah serat pararaton / kisah para raja-raja pada abad ke XV yang
memuat kisah fiksi Ken Arok sebagai trah agung yang menurunkan Raja-Raja
Majapahit adalah titisan Dewa Wisnu. Kisah dalam serat ini ditulis dalam rangka
menjaga stabilitas politik Majapahit akibat perang saudara memperebutkan
kekuasaan, yang bermula dari perebutan antara anak selir Hayam Wuruk(Wirabumi)
dengan menantu Hayam Wuruk (Wikramawardhana).
Diary
Anne Frank pada dasarnya adalah kisah-kisah hariannya yang ditulis dengan
sangat subjektif, tetapi oleh penguasa (Ameriaka) dilegitimasi sebagai fakta
sejarah, tanpa mengangkat kisah diary itu agar masuk ke tatara ilmiah. Demikian
pula dengan penentuan Hari Kebangkitan Nasional berlandaskan pada hari lahir
Boedi Oetomo (BO), ini tidak sesuai dengan fakta sejarah karena organisasi
Sarekat Dagang Islam (SDI) telah berdiri tiga tahun sebelum BO diresmikan oleh
dr Sutomo. Hal ini terjadi karena intervensi penguasa untuk mengubah sejarah
demi stabilitas politik waktu itu dimana partai Islam semakin kuat dengan
ketokohan Muhammad Natsir, dan Muhammad Hatta selaku perdana menteri berdosa
besar karena ia yang melegitimasi.
Pada
dasarnya kitab Pararaton adalah murni fiksi (folklore). Serat, babad dan karya
sastar kuno kedudukannya dalam kepenulisan sejarah adalah sumber sekunder, yang
primer ada pada prasasti. Kisah-kisah Pararaton juga banyak bertentangan dengan
prasasti, ini terkait dengan subjek, ruang dan waktu. Akan tetapi sejarah
Majapahit ditulis berdasarkan sumber-sumbe sekunder dari karya sastra jaman
tersebut.
Dari
tiga kisah diatas jelas termaktub bahwa batas fiksi dan sejarah hanya sebesar
rambut dibelah tujuh, tipis sekali. Sejarah adalah his-story, cerita-nya (nya = laki-laki). Di jaman patriarki, dimana
kekuasaan semua ada pada laki-laki, sehingga makna his dari kata history
menunjukkan kekuasaan, jadi sejarah adalah cerita yang subjektif, subjektif
menurut sejarawan yang mengikuti kehendak penguasa. Bisa saja kisah-kisah masa
lalu yang kita baca hari ini sebenarnya adalah fiksi yang kemudian dilegitimasi
oleh penguasa menjadi sejarah, atau fakta sejarah yang kemudian digelapkan
menjadi kisah fiksi (Folklore).
Sebuah
sejarah tentang pergerakan teroris (versi Amerika dan sekutu) atau barisan
Mujahidin (versi Islam) di Palestina, Afganistan, Kaukasus, dll. Karena yang
berkuasa saat ini masih Amerika dengan media-medianya yang menghegemoni semua
pemberitaan, memunculkan opini umum bahwa his-story
versi mereka ada fakta.
Sejarah,
suatu yang buta dapat melihat, yang tuli dapat mendengar, bisu dapat berbicara,
terkubur dilapisan bumi yang paling bawah, sejarah itu hidup.
Wallahu’allam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar