“Islam
fundamental, kamu fundamentalis!”
Rasanya
kata-kata itu luar biasa menyakiti jika saja ada yang berani menunjuk hidung
kepadaku seraya mengacungkan telunjuk dan mengatakan demikian. Ada apa dengan
fundamentalis sehingga harus dialamatkan kepada Islam? pada hakekatnya anatar
fundamentalis dan Islam tidak ada kaitannya, ini sebuah pemaksaan makna yang
salah jurusan sejak awalnya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, fundamentalis adalah penganut gerakan keagamaan
yang kolot dan reaksioner yang merasa terancam oleh ajaran agama modern dan
liberal sehingga merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang
tersurat dalam kitab suci.
Begitulah
makna fundamentalis dalam kaidah bahasa, tetapi bisakah itu ditujukan kepada
Islam? menyandingkan makna Fundamentalis dan Islam sama halnya dengan
pemerintah Amerika mencoba menyandingkan teroris dan Islam, tidak akan bisa dua
hal itu disandingkan bila dibedah dengan pisau sejarah pemikiran. Mungkin bisa
dua hal itu disandingkan secara bahasa, wajar saja bisa karena dalam ragam bahasa
ada teori penyempitan makna dan perluasan makna.
Bila
kita telaah dalam sejarah pemikiran maka makna Fundamentalis ini meluas dari
yang sempit pada awalnya. Istilah fundamentalis mulai dikenal sebagai antitesa
dari gerakan modern pada zaman renaissance.
Terminologi
modern adalah sekat zaman yang dilakukan Barat untuk menandai berakhirnya
kekuasaan Gereja yang mengekang kebebasan berpikir atau menggunakan akal karena
kitab suci mereka bertentangan dengan sains.
Jika
mengacu pada makna fundamentalis dari KBBI, jelas bahwa fundamentalis adalah
antitesa dari modern, dan modern antitesa dari klasik dalam kajian sejarah
pemikiran. Dalam kaidah bahasa, pada dasarnya makna fundamentalis khusus untuk
gerakan keagamaan yang menolak kebebasan untuk menentang dogma Gereja.
Jadi
eras klasik, modern dan post-modern tidak berlaku untuk peradaban Islam, karena
secara epistemologi Islam, akal diakui sebagai sumber pengetahuan yang valid
disamping sumber pengetahuan lainya. Pemisahan antara ilmu akherat dan dunia
tidak pernah terjadi dalam konteks keislaman, kedua berjalan selaras sampai
datang pemikiran barat yang mengobrak-abrik pola pemikiran kaum muslimin. Sepertinya
barat begitu trauma pada kekangan agama gereja sehingga ketika melihat Islam
dari kacamata sekularisme sebagai penganut mazhab klasik yang harus diberantas.
Konsolidasi
istilah fundamentalis datang bersamaan dengan masuknya keilmuan barat yang
begitu superior mengindahkan nilai-nilai sehingga nilai-nilai Islam menjadi proyek
pemberangusan selanjutnya. Dalam akulturasi ilmu pengetahuan barat, mereka
menemui tembok tebal para cendekiawan muslim yang berusaha membendung arus
liberalisasi pengaruh barat dalam ajaran Islam. Dari sinilah istilah
fundamentalis dilabeli kepada para golongan ulama yang menentang pemahaman
liberal dengan arus modernisasi, seolah ingin memukul rata golongan islam
dengan kalangan gereja. Padahal Islam tidak mengenal periode modern, klasik dan
semua itu hanyalah istilah barat yang terlalu dipaksakan kepada kaum muslimin
Terjadi
perubahan pola yang digeneralisasi sampai babat alas oleh kalangan barat,
fundamentalis yang awalnya adalah gerakan reaksionis dari kalangan gereja untuk
mempertahankan status quo, kemudian berubah pola bahwa semua yang gerakan anti
Barat langsung dicap sebagai fundamentalis. Pola sama juga diterapkan pada
masalah teroris dan Islam. Sejarah dunia teror, mencatat dua kubu teroris
terkenal dari Irlandia yang selalu berseteru atas nama agama mereka melakukan terror.
Teroris di Kolombia adalah kartel narkoba yang selalu menebar terror dalam aksi
perebutan lahan jual heroin, sabu dan obat bius lainnya.
kirim-kirim tulisan kesini juga dong bang,
BalasHapuskunjungi juga web kita yah http://flpkita.wordpress.com/