Islam mendefiniskan perang adalah ekspansi tidak
kenal batas wilayah geografi yang menghambat dakwah Islam melalui jihad
(perang) fisabilillah menegakkan kalimat “La illaha illallah” di bumi Allah.
Dijaman kejayaan kekhalifahan Islam tidak dikenal dualisme antara perang dan
damai, dengan kata lain kata damai tidak ada dalam kamus kaum muslimin, hanya
satu azaz yaitu perang. Damai hanya istilah sempit untuk mengungkapkan suatu
keadaan sebelum atau sesudah perang.
Pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab, beliau Ra
melakukan revolusi demografi, yaitu pemisahan antara sipil dan militer. Tentara
muslim yang masuk militer digaji baitul maal, tapi ada juga tentara dari sipil
yang ikut berperang untuk menggugurkan kewajibannya atas Jihad. Pemisahan ini
tidak ada dijaman sebelumnya, bahkan dimasa Rasulullah SAW masih diberlakukan
sipil bisa dikondisikan menjadi militer dan militer adalah sipil. Sejalan
dengan sirah sahabat, alkisah Abdurrahman bin Auf hanya bisa ditemui di tiga
tempat yaitu di masjid, di pasar dan di medan perang. Dan perang dijaman Rasulullah
SAW dibiayai oleh beberapa orang sahabat Ra.
Suatu ketika dimasa pemerintahannya, Umar bin
Khaththab bertanya kepada putrinya sekaligus istri Rasulullah SAW, Hafsah binti
Umar. “Berapa lama batas seorang istri menahan rindu menanti suaminya?” dan
dijawab Hafsah, “empat bulan”. Berdasrkan pendapat Ummul Mukninin itulah, Umar
melakukan rotasi pasukan, setiap tiga bulan sekali tentara Allah itu
dipulangkan untuk bertemu keluarganya, kemudian memakai kembali seragam
militernya ketika panggian jihad datang kepadanya. Lain halnya dengan tentara
yang berasal dari kalangan Sipil, setelah tunai kewajibanya berjihad, mereka
kembali menjadi warga sipil biasa, melanjutkan profesi semula.
Berdasarkan penjelasan diatas, sesungguhnya tidak
ada masa damai didalam sejarah Islam. Kaum muslimin selalu berperang melawan
ketidakadilan dimuka bumi ini.
Saudara ku, berhati-hatilah akan sesuatu hal yang tidak kamu ketahui atau kurang mengetahui dalam suatu hal
BalasHapusTulisannya menarik... tapi sayangnya, referensinya kurang shahih, hal ini jika dibaca dan di yakini kebenarannya sendiri oleh penggali informasi, akan berbahaya, berbahaya terhadap Agama Islam. akan timbul fitnah baru.
BalasHapusmaka benar apa yang dikatakan Eupta Amin,
"erhati-hatilah akan sesuatu hal yang tidak kamu ketahui atau kurang mengetahui dalam suatu hal"
Apalagi di zaman serba modern sekarang ini, mari kita lihat bersama-sama, dimana-mana orang-orang turut berbicara masalah islam, karena fitnah teroris. Pemerintah yang notabene banyak yang korupsi bicara masalah islam, tukang sayur dipasar berbicara masalah teroris islam, artis di TV bicara masalah islam. Preman-preman pasar yang suka wira-wiri jalan kesana-kemari bicara masalah islam. bahkan anak kecilpun pulang sekolah sambil bermain ikut bicara masalah islam..
Maka zaman sekarang, sungguh cukup susah menemukan informasi yang benar-benar shahih tentang islam, dikarenakan orang-orang baru mendengar secuil saja tentang islam, baru melangkahkan kaki untuk belajar agama sejengkal saja, sudah mulai berani gembar-gembor kesana kemari tentang islam.