Senin, 27 Februari 2012

MENGAJI SEJARAH SEBAGAI KITAB KEJADIAN*

* satu jam menulis serentak milad FLP ke 15

Sejarah bisa ditulis dengan tinta emas maupun tinta hitam. Sejarah menurut para fisuf adalah biografi orang-orang besar. Esensi dari sejarah sebagai sebuah cerita karena menyangkut tentang kejadian personal dan kejadian yang terpaut ruang dan waktu. Dalam sebuah sejarah sebagai sebuah kejadian selalu ada pelajaran yang bisa dipetik, tidak peduli itu sejarah antagonis yang ditulis dengan tinta hitam maupun kisah protagonist yang ditulis dengan tinta emas.
Sejarah sebagai sebuah keadian, peristiwa akan terus berulang ditempat dan waktu yang berbeda, demikian pula dengan personal sebagai pelaku. Cakramanggiling, itulah istilah filsafat jawa yang bisa menggambarkan bahwa roda perputaran waktu akan selalu berputar, seperti halnya alam mayapada ini yang berotasi dalam sehari dalam berevolusi dalam setahun. Alam semesta ini berbentuk cakra (bundar) dan akan selalu berputar, hanya saja perputaran sejarah/ kejadian sulit untuk diprediksi secara akurat, karena alam semesta ini mempunyai dimensi yang tak hingga.
Bumi sebagai tempat kita ini berpijak ini adalah penampakan dari dunia tiga dimensi, itulah mengapa kita bisa memprediksi satu jam lagi matahari akan naik tepat diatas kepala berdasarkan kejadian berulang karena saat ini waktu menunjukkan pukul 11.13 WIB. Berdasar pada dunia ini adalah tiga dimensi itulah kenapa manusia bisa menentukan ruang dan waktu. Rumus ruang adalah panjang dikali lebar dikali tinggi, sedangkan konsep waktu adalah satu tahun 365/366 hari, satu hari duapuluh empat jam dan satu jam adalah enam puluh menit, satu menit enam puluh detik dan satu detik?
Kejadian dibumi yang tercatat baik oleh sejarah bisa begitu mudah dicerna manusia karena sejarah itu masih dalam tataran dimensi ketiga, antara ruang dan waktu. Lalu kenapa manusia tidak bisa memprediksi akan musim, arah angin, bencana secara akurat, padahal hal demikian telah tercatat dan merupakan kejadian yang berulang dalam sejarah?
Jawabannya adalah otak manusia belum bisa menangkap dengan terang imajinasi akan adanya dimensi keempat, dimensi kelima, dan seterusnya. Berapakah tingkat tertinggi dari dimensi jagat raya ini? jawaban menurut hukum fisika, rumus persamaan vector menjelaskan pada kita bahwa dimensi memiliki dimensi hingga tak hingga, namun akal manusia hanya sanggup menerima sampai dimensi ketiga saja. Wallahu’alam bish shawab.

Alam jagad raya ini luas sampai tak hingga, bahkan semua seluruh satu luas yang dibuat manusia dibumi ini tidak sanggup mengukur betapa luasnya jagad raya ini. Satuan yang dipakai adalah angka satuan cahaya, dan itu adalah angka satuan dari alam. Albert Einstein pernah mengatakan, tidak akan ada benda mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya, sekalipun itu ada, tetapi tidak ada material yang bisa mempertahankan bentuknya akibat berbenturan dengan udara. Mungkin jika ada suatu zat yang bisa berlari kencang melebihi kecepatan cahaya, dia zat yang kekal karena bisa melawan arus putaran waktu.
Sejarah memang akan terus berulang, namun bukan kejadian yang terkait dengan ruang dan waktu, tetapi esensi, hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian masa lalu guna menyongsong masa depan. Sejarah itu berulang bukan dengan menghadirkan ruang dan waktu dimasa lalu kemudian memindahkannya dimasa kini. Itulah kenapa sejarah penting untuk dicatat dan dibaca sebagai pijakan melangkah untuk hari esok.

Sejarah Sebagai Arus Perputaran Waktu

Ada sebuah kisah klasik dari negeri Tiongkok, diceritakan dalam epos drama “The Promise”. Kisah tentang budak seorang jenderal yang bisa berlari sangat kencang, konon kecepatan lari sang budak bisa melebihi putaran waktu, dengan ia bisa mengulang waktu dengan berlari ke timur berlawanan arah dengan perputaran matahari mengelilingi bumi.
Pada suatu ketika ia membawa sang majikan untuk mengubah sejarah hidupnya yang ditinggal pergi istrinya. Mereka berhenti dikejadian saat Sang Jenderal diam terpaku membiarkan istrinya pergi begitu saja, saat itulah sejarah berubah sang Jenderal belajar dari masa depan bahwa ia tidak bisa hidup tanpa seorang isteri yang mendampingi. Ketika ia berhadapan dikejadian itu untuk kedua kalinya, Sang Jenderal mengakui kesalahannya dan tidak segan-segan mencium kaki isterinya untuk meminta agar ia tidak mengurungkan niatnya tersebut.
Akhirnya Sang Jenderal kembali hidup bersama dengan istrinya.
Ada beberapa poin yang dipertanyakan jika filsafat sejarah adalah seperti yang ada dalam kisah diatas. (1) Bagaimana kelanjutan sejarah (kejadian) sang Jenderal dimasa itu sedangkan dirinya sebagai subjek telah berpindah dari masa itu ke masa lalu dan menjadi subjek disana menggantikan dirinya subjek juga dimasa itu? (2) Apakah sejarah itu mempunyai banyak versi seperti hal dunia yang mempunyai banyak dimensi?
Pertanyaan diatas bisa dijawab dengan jawaban “ya” atau “tidak” dan tidak membutuhkan penjelasan kenapa jawabannya adalah “ya” dan jawabanya adalah “tidak”. Ini menyangkut kepercayaan, religion, dan kepercayaan bukan perkara ya atau tidak, benar atau salah, semua kembali pada diri sendiri, kembali pemahaman masing-masing tentang aqidah.
Jikalau pertanyaan diatas diajawab “ya”, membenarkan bahwa konsep sejarah adalah bercabang, tidak linier dan mempunyai banyak versi dalam satu subjek, maka inilah yang disebut dengan reinkarnasi dalam kepercayaan suatu agama, dan itu banyak dianut oleh penduduk asal dari kisah diatas.
Islam mengkaji pula tentang filsafat dan sejarah sebagai sebuah kejadian. Al-qur’an banyak memuat kisah tentang kejadia Nabi dan Rasul terdahulu yang sebagian besar diturunkan dalam periode mekkah sebagai bahan kajian dan landasan bagi Rasulullah SAW untuk melangkah dalam dakwah. Jawaban atas dua pertanyaan diatas dalam islam adalah “tidak”, sejarah adalah suatu garis takdir yang linier, tidak bercabang dan hanya memiliki satu versi tunggal untuk seorang subjek. Semua garis ketetapan sejarah itu telah ditulis dalam kitab lauh mahfudz.
Ada sebuah riwayat hadits yang berbunyi, “Silaturahmi akan menambah rizki dan memanjangkan umur.”
Lalu jika umur bertambah karena silaturahmi, berarti sejarah rentetan kejadian yang bercabang buka lagi linier? Ada dua pendapat ulama tentang hadits ini terutama yang menyangkut masalah umur, yang pada intinya semua dua-duanya mengerucut pada satu kesimpulan bahwa sejarah adalah rentetan kejadian yang linier, mengikuti garis takdir yang telah ditetapkan di Lauh Mahfudz. Jika Allah menetapkan sesuatu, maka Ia akan menciptakan sebab-sebabnya.
Pendapat pertama dari ulama, Silaturahmi dapat memanjangkan umur, ini dilihat bukan dari makna sebenarnya. Silaturahmi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai wasilah untuk saling menasehati, lewat buku-buku yang beliau tulis banyak para ulama terdahulu seperti masih hidup sampai sekarang, ia dikenang akan ajaran-ajarannya. Jadi yang dimaksud dengan “memanjangkan umur” tidak berarti umur bertambah, hanya saja keutamaan dari umurnya itu yang bertambah panjang.
Dan pendapat yang kedua, benar bahwa umur akan bertambah dengan silaturahmi, akan tetapi hukum sebab-akibat itu berlaku. Poin-poin dikitab Lauh Mahfudz jelas dengan sangat rinci menjabarkan orang-orang panjang umurnya oleh karena disebabkan banyak-banyak bersilaturahmi. Dan itulah ganjaran bagi orang bersilaturahmi.

Sejarah Antara Fiksi dan Fakta
“Batas antara fiksi dan sejarah adalah kesesuaian dengan keadaan, jika itu terjadi maka tokoh fiktif akan dikenang sebagai tokoh sejarah.”
Anne Frank, gadis kecil berusia 13 tahun yang ditawan bersama keluarganya di kamp Nazi. Sehari-harinya ia menulis diary tentang apa-apa yang ia alami dari 12 Juni 1942 hingga 1 Agustus 1944. Ketika Anne Frank meninggal dunia dalam usia yang sangat belia, dia meninggalkan catatan harian yang terkenal di dunia.
Akibat kediktatoran sebuah rezim, banyak sejarah masa lalu dari sebuah bangsa dibelokkan untuk kepentingan penguasa. Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara menggugat hari kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei berdasar pada hari kelahiran organisasi priyayi, Boedi Oetomo. Ahmad Mansyur Suryanegara menggunakan novel “Sang Pemula” karya Pramoedya Ananta Toer sebagai landasan ilmiah untuk mendukung pendapatnya.
Pada zaman kediktatoran Majapahit kejadian serupa juga terjadi, Pemerintah Majapahit menuliskan sebuah serat pararaton / kisah para raja-raja pada abad ke XV yang memuat kisah fiksi Ken Arok sebagai trah agung yang menurunkan Raja-Raja Majapahit adalah titisan Dewa Wisnu. Kisah dalam serat ini ditulis dalam rangka menjaga stabilitas politik Majapahit akibat perang saudara memperebutkan kekuasaan, yang bermula dari perebutan antara anak selir Hayam Wuruk(Wirabumi) dengan menantu Hayam Wuruk (Wikramawardhana).
Diary Anne Frank pada dasarnya adalah kisah-kisah hariannya yang ditulis dengan sangat subjektif, tetapi oleh penguasa (Ameriaka) dilegitimasi sebagai fakta sejarah, tanpa mengangkat kisah diary itu agar masuk ke tatara ilmiah. Demikian pula dengan penentuan Hari Kebangkitan Nasional berlandaskan pada hari lahir Boedi Oetomo (BO), ini tidak sesuai dengan fakta sejarah karena organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) telah berdiri tiga tahun sebelum BO diresmikan oleh dr Sutomo. Hal ini terjadi karena intervensi penguasa untuk mengubah sejarah demi stabilitas politik waktu itu dimana partai Islam semakin kuat dengan ketokohan Muhammad Natsir, dan Muhammad Hatta selaku perdana menteri berdosa besar karena ia yang melegitimasi.
Pada dasarnya kitab Pararaton adalah murni fiksi (folklore). Serat, babad dan karya sastar kuno kedudukannya dalam kepenulisan sejarah adalah sumber sekunder, yang primer ada pada prasasti. Kisah-kisah Pararaton juga banyak bertentangan dengan prasasti, ini terkait dengan subjek, ruang dan waktu. Akan tetapi sejarah Majapahit ditulis berdasarkan sumber-sumbe sekunder dari karya sastra jaman tersebut.
Dari tiga kisah diatas jelas termaktub bahwa batas fiksi dan sejarah hanya sebesar rambut dibelah tujuh, tipis sekali. Sejarah adalah his-story, cerita-nya (nya = laki-laki). Di jaman patriarki, dimana kekuasaan semua ada pada laki-laki, sehingga makna his dari kata history menunjukkan kekuasaan, jadi sejarah adalah cerita yang subjektif, subjektif menurut sejarawan yang mengikuti kehendak penguasa. Bisa saja kisah-kisah masa lalu yang kita baca hari ini sebenarnya adalah fiksi yang kemudian dilegitimasi oleh penguasa menjadi sejarah, atau fakta sejarah yang kemudian digelapkan menjadi kisah fiksi (Folklore).
Sebuah sejarah tentang pergerakan teroris (versi Amerika dan sekutu) atau barisan Mujahidin (versi Islam) di Palestina, Afganistan, Kaukasus, dll. Karena yang berkuasa saat ini masih Amerika dengan media-medianya yang menghegemoni semua pemberitaan, memunculkan opini umum bahwa ­his-story versi mereka ada fakta.
Sejarah, suatu yang buta dapat melihat, yang tuli dapat mendengar, bisu dapat berbicara, terkubur dilapisan bumi yang paling bawah, sejarah itu hidup.
Wallahu’allam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar