Senin, 24 Februari 2014

Mencari Sosok "Manusia Setengah Dewa" dalam kritik Fahri Hamzah terhadap KPK

Masalah moral masalah akhlak 
Biar kami cari sendiri 
Urus saja moralmu urus saja akhlakmu
Peraturan yang sehat yang kami mau

Tegakkan hukum setegak-tegaknya
Adil dan tegas tak pandang bulu 
Pasti kuangkat engkau 
Menjadi manusia setengah dewa



Itulah penggalan lirik lagu Manusia Setengah Dewa gubahan maestro musik Indonesia, Iwan Fals.  Ada kah manusia setengah Dewa yang dimaksud oleh Iwan Fals itu hadir dalam hidup kita? Apakah ia seperti mitos Satria Piningit yang populer di kalangan orang Jawa? Fahri Hamzah bukan seorang Jawa, mungkin mitos itu tak berlaku untuk politisi dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini. 

"Anda bicara sopan santun, sopan santun itu di "atitude" anda Bung! Bukan diomonga," begitu tegas Fahri menyela keberatan dari Palmer Sitomorang, pengacara keluarga SBY yang tidak terima ketika perkataan dipotong, ia menganggap Fahri tidak punya sopan santun.

Bicara moral, hampir semua tokoh di republik ini membicarakan moral, tak sedikit yang berkata moral manis dibibir namun kenyataannya bertolak belakang pada dirinya. Sebut saja ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Muktar dulu dia pernah mewacanakan potong jari untuk koruptor atau pelaku rasuah, tapi ketika dia tertangkap tangan menerima suap, wartawan yang coba mengingatkan "petuahnya" itu malah ditampar. Dimana moral dan akhlaknya?

Ada hal yang menarik dari sisi moral seorang Fahri Hamzah, ada beberapa penyataannya yang menarik. "Bung! Masalah kebenaran itu tidak bisa dikalahkan oleh sopan santun, anda harus berkata benar meski itu menurut orang itu tidak patut diucapkan," begitu penggalan kalimat Fahri dalam sebuah dialog di TV swasta ketika lawan biacaranya mengkritik gaya bicara yang serampangan ketika berdialog dengan siapa saja. 

Sememangnya, seorang anggota DPR itu tidak mengurusi moral, meski pribadinya dituntut untuk bermoral untuk menjaga wibawa lembaga parlemen. DPR itu berurusan dengan legislasi UU, pengawasan eksekutif dan penyusunan anggaran. Peraturan yang sehat itulah yang diharapkan dari seorang anggota parlemen, bukan aturan yang mengatur urusan pribadi orang lain, mengebiri kebebasan individu dan memaksakan kehendak yang menempatkan negara tak pernah salah. Disini saya lihat Fahri menggugat KPK sebagai lembaga superbody tanpa pengawasan yang menyebabkan negara jadi tidak pernah salah. KPK seperti lembaga yang mengurusi moral rakyat, pelaku korupsi distigmatisasi sebagai "penjahat moral" yang bisa ditelanjangi sembari mengumbar privasi tersangka didepan umum.

"Negara tidak dalam misi memberantas korupsi, pemikiran itu harus kita balik. Negara harus menegakan hukum, dengan itu korupsi akan hilang dengan sendirinya," kata Fahri.

KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi sering kali tidak menegakkan hukum. Ini negara hukum dan setiap warga negara sama kedudukannya dimata hukum, tapi KPK sering dituding tebang pilih dalam menangani kasus korupsi. Kasus penyidikan gratifikasi harier dengan tersangka mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dikritik banyak kalangan untuk segera memeriksa Edy Baskoro alias Ibas. Dimana semboyan "semua sama dimata hukum"? Fahri Hamzah bahkan dapat somasi dari keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena kritiknya terhadapa KPK dalam hal penanganan kasus yang santer dikaitkan kepada anaknya. Ini negara hukum, hanya pengadilan yang bisa memvonis orang bersalah atau tidak. Kalau memang merasa tidak bersalah, kenapa harus takut diperiksa dan diadili?


Lalu siapa manusia setengah Dewa itu? Bila anda bertanya siapa, maka jawabannya pasti juga manusia biasa.



Read More......

Sabtu, 13 Juli 2013

AIR SUMBER KEHIDUPAN

Tadi pagi (Jum’at, 12 Juli 2013) ada kesempatan berkunjung ke Dinas PSDA Kota Semarang untuk mendampingi teman untuk paparan perkembanagn proyek drainase penanganan banjir dikawasan perempatan Cinde dan sekitaranya. Lama menunggu di lobi, ada beberapa poster tentang sumber daya air baik berupa himbauan, “Hujan adalah rahmat, salah mengelolanya akan jadi musibah.” Disertai dengan ilustrasi kartun tentang bencana banjir yang dialami penduduk di perkotaan. Namun ada sebuah poster lain yang menarik karena mengutip dari ayat Alqur’an.

"Dan Kami turunkan air dari langit dengan jangka tertentu; maka Kami endapkan dia dalam bumi. Dan Kami pun berkuasa menghabiskannya." (QS. Al Mu’minun ayat 18). 

Membacanya saya jadi berpikir, teringat oleh pada matakuliah hidrologi dan pengelolaan sumber daya air yang kudapatkan setahun yang lalu ternyata isinya sudah termaktub dalam Alqur’an karim, Subhanallah.

Kami turunkan air dari langit dalam waktu tertentu; maka Kami endapkan dia dalam bumi. Dalam siklus hidrologi dikenal istilah persipitasi, kenapa tidak disebut hujan? Karena persipitasi ada tiga macam bentuk air yang turun ke bumi yaitu hujan, salju dan es. Dalam jangka waktu tertentu itu adalah siklus air dari ia jatuh kebumi diserap tanah (infiltrasi) lalu mengalir ke laut kemudian menguap menjadi awan lalu jatuh ke bumi melalui persipitasi itu dalam jangka waktu yang lama hingga ratusan tahun. Jika siklus hidrologi itu terjadi dalam waktu yang singkat maka telah terjadi kerusakan ekosistem di daratan akibat ulah tangan manusia.

Dan Kami pun berkuasa menghabiskannya. Diakhir ayat ini berisi ancaman, bisakah air didunia ini habis? Tidak bisa, volume air tetap sepanjang masa. Bisakah air di daratan yang mengendap di bumi habis? Bisa, bila siklus hidrologi terjadi dalam waktu yang singkat. Air akan habis di daratan bila semua air akibat hujan semua mengalir di saluran lalu menuju ke laut tanpa bisa lagi terserap oleh bumi, karena tanah sudah banyak tertutup bangunan.

Air di daratan atau air tawar penting untuk kelangsungan hidup, manusia butuh minum, mandi, mencuci, irigasi pertanian, transfortasi dan lain-lain itu semua butuh air. Perkiraan para ahli, dimasa depan penduduk dunia akan berebut sumber mata air setelah cadangan minyak habis, sebagai kita tahu bahwa melalui riset Professor Stanley Mayer telah menemukan mobil berbahan bakar air, sayangnya dia  telah mengorbankan nyawanya untuk cita-cita sebagai seorang idealis, karena dimusuhi berbagai  kepentingan. Stanley Mayer ditemukan meninggal secara mendadak di sebuah rumah makan. Diduga dia meninggal karena diracun. 

Mampukah bumi ini menopang lebih dari tujuh milyar jiwa manusia? Sampai kapan bumi ini bisa memenuhi kebutuhan manusia sementara lahan pertanian dan air tawar kian menyusut sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk?

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Allah SWT telah menjamin kelangsungan hidup umat manusia dengan syarat mereka beriman dan bertaqwa, dan semua pertanyaan diatas akan terjawab. “Iman dan taqwa” ini kita artikan dalam arti luas yang tercermin dalam tindak tanduknya di bumi.

Dalam menjaga keberlangsungan air tawar agar tetap terjaga di daratan selain dari penerapan teknologi dari Rekayasa Hidrologi juga dibutuhkan peran umat manusia yang “beriman dan bertaqwa” dalam menjaga keberlangsungan keseimbangan alam. Pola hidup sehat dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya air darat, menyediakan sumur resapan disetiap rumah tangga agar air hujan tidak semua melimpas ke permukaan tapi ada sebagian yang meresap ke tanah dan tidak berlebihan dalam pemakaian air tanah yang tersedot dari sumur.

Itu adalah langkah kecil yang bisa dilakukan siapa saja untuk menjaga kelangsungan hidup manusia kelak. Air untuk masa depan.

Read More......

Minggu, 19 Mei 2013

Kemungkinan Itu Masih Mungkin, asal....

Kita berbicara pada dunia dengan segala kemungkinannya. Mungkinkah dunia ini berubah? Mungkin. Ada pertanyaan hingga kini belum terjawab oleh para ahli.

Apakah diri kita sekarang sama dengan saat sedetik yang lalu, semenit yang lalu, sejam yang lalu, sehari yang lalu, seminggu yang lalu atau sebulan yang lalu? Kita sepakat bahwa setahun lalu kita pasti ada beda. Apakah perbedaan yang besar dalam jangka waktu yang lama tidak diawali oleh hal yang kecil? Tidak ada kurun waktu setahun tanpa ada bilangan detik.

Bicara waktu dan perubahan. Bagi pengagum teori evolusi Dawinisme tentu faham bahwa perubahan perlahan akibat waktu yang terus bergerak perlahan. Bagaimana jika Tuhan tidak menciptakan waktu? Segala kemungkinan itu bakal tidak mungkin, karena keniscayaan itu ada karena waktu. Allah SWT bersumpah atas nama waktu, demi masa, sesungguh manusia kerugian. Jadi benarkah ada yang sesuatu "loses" akibat tergerus waktu, seperti tanah erosi yang digerus air hujan?

Benarkah waktu di dunia lebih singkat daripada waktu diakherat? Mungkin saja karena dispalitas rotasi dari diameter dunia serta panjangnya waktu untuk berevolusi. Ini adalah jawabannya, sedikit untuk mempengaruhi logika aksioma kita.

Beri kami waktu maka "perubahan" itu pasti ada.

Read More......

Sabtu, 18 Mei 2013

BUDAYA POPULIS, "KOREAN WAVE" HINGGA OPERASI PLASTIK


Korean wave adalah ekspansi budaya yang dilancarkan pemerintah korea dalam rangka untuk menghegemoni kawasan. Budaya ini menjadi populer dimana-mana karena support dari pemerintah dan peran media yang besar tentunya. Bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang dll juga terkena demam yang sama. 

Pada tahun 2000 pemerintah Korea Selatan melalui kementerian budaya yang mengeluarkan "culture policy", suatu kebijakan yang berlandaskan pada budaya untuk mempromosikan produk negaranya, meningkatkan ekonomi kreatif dan membuka pasar baru. Merujuk kepada kata-kata bijak budayawan, "semua permasalahan akan selesai melalui budaya". Ya, Korea Selatan mencoba mengejawantahkan kata-kata itu, saya rasa mereka berhasil.

Budaya pop Korea sedang menerjang Indonesia. Lihat saja anak-anak muda yang sedang gandrung dengan aksi boyband/girlband, yang betul-betul asli meniru korea style. Anak-anak muda sekarang sangat tahu bagaimana artis dan penyanyi korea. Seperti Shi Min Chul, super junior Park Jung Min, The Boss, Girls  Generation, X5, N-Sonic dll

Berita heboh yang lagi hangat ini tentang photo sepuluh finalis Miss Korea Selatan ternyata mempunyai wajah yang sekilas sama, hanya beda pada gaya rambut. Operasi plastik ini yang dinilai buruk, karena kesepuluh finalis itu diduga telah melakukan operasi pada mata dan hidungnya. Inilah salah satu efek negatif gaya hidup populis.

Read More......

Karakter Ai

Bagi para penggemar serial Detective Conan, manga karya Aoyama Gosho ini sudah berumur 19 tahun sejak awal diterbitkan pada tahun 1994. Ada banyak karakter yang menarik di manga itu. Banyak para "fans" mengidolakan Shinichi Kudo dan Ran Mouri sebagai tokoh utama, tapi yang kita bincangkan disini ialah "fictional character" Ai Haibara alias Shiho Miyano. Pada awal kemunculan pada Book Vol. 18, tokoh ini sudah menarik hati saya. Pembawaan karakter dari Ai tidak seperti perempuan pada umumnya untuk gadis berusia 18 tahun. Dari gaya bicaranya yang khas dan dari caranya menatap lawan bicara, luar biasa memukau, wow, superb! Ini keunikan dari seorang Ai sebagai tokoh fiksi dan jarang kita temui perempuan dengan "gaya" seperti ini di dunia nyata.

Memahami karakter seseorang tak lepas dari menbaca latar masa lalu yang dihadapi sang tokoh. Shiho adalah putri seorang Ilmuwan "gila" yang sedang dipersiapkan organisasi sebagai "suksesor" Ayahnya yang telah dibunuh organisasi. Sebagian besar waktunya dihabiskan di laboratorium dan didepan layar komputer, mungkin karena itulah ia jadi pribadi yang pendiam dan dingin kepada siapa saja. Tapi melihat "style" nya dalam memilih pakaian, Ai termasuk perempuan yang modis dan sangat memperhatikan penampilannya. Sering terlihat ia membaca majalah-majalah mode. Dan seringnya ia berkata "puitis" dan sering mengutip kata-kata mutiara, bisa dibilan Ai menyukai sastra dan gemar berfilsafat.

Beberapa "quotes" dari tokoh Ai dalam dialog komik Detective Conan.

~Kalau aku lenyap bersama hujan di tempat hukuman mati seperti Mary, mungkin dia akan seperti anjing kesayangannya yang melemparkan diri ke sungai untuk mengejarku.

~Sembunyi dengan rasa takut karena mungkin suatu saat akan ditemukan sangat menyengsarakan...

~Sama saja seperti mesin penjual jus kaleng. Kau akan bisa melepaskan dahaga jika kau masukkan uangmu, tapi tanpa uang, kau tak akan mendapatkan apapun! Uang tak bisa membeli hati manusia...

~matahari senja, sampai kapan aku akan bertemu lagi dengan warna menyedihkan ini?

Read More......

Rabu, 16 Mei 2012

ISLAM bukan FUNDAMENTALIS


“Islam fundamental, kamu fundamentalis!”
Rasanya kata-kata itu luar biasa menyakiti jika saja ada yang berani menunjuk hidung kepadaku seraya mengacungkan telunjuk dan mengatakan demikian. Ada apa dengan fundamentalis sehingga harus dialamatkan kepada Islam? pada hakekatnya anatar fundamentalis dan Islam tidak ada kaitannya, ini sebuah pemaksaan makna yang salah jurusan sejak awalnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fundamentalis adalah penganut gerakan keagamaan yang kolot dan reaksioner yang merasa terancam oleh ajaran agama modern dan liberal sehingga merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat dalam kitab suci.
Begitulah makna fundamentalis dalam kaidah bahasa, tetapi bisakah itu ditujukan kepada Islam? menyandingkan makna Fundamentalis dan Islam sama halnya dengan pemerintah Amerika mencoba menyandingkan teroris dan Islam, tidak akan bisa dua hal itu disandingkan bila dibedah dengan pisau sejarah pemikiran. Mungkin bisa dua hal itu disandingkan secara bahasa, wajar saja bisa karena dalam ragam bahasa ada teori penyempitan makna dan perluasan makna.
Bila kita telaah dalam sejarah pemikiran maka makna Fundamentalis ini meluas dari yang sempit pada awalnya. Istilah fundamentalis mulai dikenal sebagai antitesa dari gerakan modern pada zaman renaissance.
Terminologi modern adalah sekat zaman yang dilakukan Barat untuk menandai berakhirnya kekuasaan Gereja yang mengekang kebebasan berpikir atau menggunakan akal karena kitab suci mereka bertentangan dengan sains.
Jika mengacu pada makna fundamentalis dari KBBI, jelas bahwa fundamentalis adalah antitesa dari modern, dan modern antitesa dari klasik dalam kajian sejarah pemikiran. Dalam kaidah bahasa, pada dasarnya makna fundamentalis khusus untuk gerakan keagamaan yang menolak kebebasan untuk menentang dogma Gereja.
Jadi eras klasik, modern dan post-modern tidak berlaku untuk peradaban Islam, karena secara epistemologi Islam, akal diakui sebagai sumber pengetahuan yang valid disamping sumber pengetahuan lainya. Pemisahan antara ilmu akherat dan dunia tidak pernah terjadi dalam konteks keislaman, kedua berjalan selaras sampai datang pemikiran barat yang mengobrak-abrik pola pemikiran kaum muslimin. Sepertinya barat begitu trauma pada kekangan agama gereja sehingga ketika melihat Islam dari kacamata sekularisme sebagai penganut mazhab klasik yang harus diberantas.
Konsolidasi istilah fundamentalis datang bersamaan dengan masuknya keilmuan barat yang begitu superior mengindahkan nilai-nilai sehingga nilai-nilai Islam menjadi proyek pemberangusan selanjutnya. Dalam akulturasi ilmu pengetahuan barat, mereka menemui tembok tebal para cendekiawan muslim yang berusaha membendung arus liberalisasi pengaruh barat dalam ajaran Islam. Dari sinilah istilah fundamentalis dilabeli kepada para golongan ulama yang menentang pemahaman liberal dengan arus modernisasi, seolah ingin memukul rata golongan islam dengan kalangan gereja. Padahal Islam tidak mengenal periode modern, klasik dan semua itu hanyalah istilah barat yang terlalu dipaksakan kepada kaum muslimin
Terjadi perubahan pola yang digeneralisasi sampai babat alas oleh kalangan barat, fundamentalis yang awalnya adalah gerakan reaksionis dari kalangan gereja untuk mempertahankan status quo, kemudian berubah pola bahwa semua yang gerakan anti Barat langsung dicap sebagai fundamentalis. Pola sama juga diterapkan pada masalah teroris dan Islam. Sejarah dunia teror, mencatat dua kubu teroris terkenal dari Irlandia yang selalu berseteru atas nama agama mereka melakukan terror. Teroris di Kolombia adalah kartel narkoba yang selalu menebar terror dalam aksi perebutan lahan jual heroin, sabu dan obat bius lainnya.

Read More......

Selasa, 08 Mei 2012

NO COUNTRY FOR OLD MAN!


Seminar “Konsolidasi Indonesia” yang diadakan gerakan Beli Indonesia dan Persatuan Punawirawan Angkatan Darat (PP-AD) hari selasa 8 Mei 2012 di auditorium FISIP Universitas Diponegoro bak “perang bintang” karena menggadang Jenderal-Jenderal Orde Baru sebagai pembicara mendampingi Rektor Undip Prof. Sudarto dan Ir. Heppy Trenggono sebagai key-note speaker.
Acara ini kehilangan subtansinya, entah siapa menunggang siapa, apakah gerakan “Beli Indonesia” menunggangi PP-AD untuk menggagas acara yang dihadiri oleh akademisi, mahasiswa dan politikus atau jangan-jangan malah sebaliknya? Karena opini yang dimunculkan oleh keduanya saling berkontradiksi. Gerakan Beli Indonesia, Heppy Trenggono membawa misi untuk menumbuhkan mental mencintai produk anak bangsa, langkah action yang digagas sedangkan PP-AD masih berkutat pada wacana ideology kebangsaan.
Acara dibuka dengan pembacaan pledoi Soekarno dengan Indonesia menggugat, seperti ingin menghadirkan suasana orde lama ditengah seminar seorang tokoh mantan Rektor Universitas 17 Agustus Semarang membacakan teks dengan meniru gaya Soekarno. Suasana diruangan seperti sengaja disetting seperti diskusi orang-orang nasionalis dari Partai Nasional Indonesia (PNI) Soekarno. Selain purnawirawan TNI juga mengundang putri kandung Presiden Indonesia pertama yang juga ketua umum PNI, Sukmawati Soekarno. Orasi dibuka oleh rektor Undip kemudian dilanjutkan oleh kuliah umum tentang ideology kebangsaaan.

Letnan Jenderal TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang pernah diduga sebagai aktor di kasus Liquisa, 12 Januari 1995 yang menelan korban sedikitnya 6 orang tewas dalam pembantaian ninja saat ia bertugas di Timor Timur ini mengutarakan ide mewakili PP-AD agar mengembalikan UUD 1945 sebelum amandemen tahun 2002 pascareformasi. Tujuan mereka satu yaitu menyelamatkan NKRI dari bahaya neo-kolonialisme dan liberalisme. Pancasila harus menjadi ideologi tunggal seperti pada zaman orde baru dan harus ada pasal subversif yang bisa menghukum bagi mereka penentang ideologi pancasila.

Diskusi tentang masalah ideologi seperti ini adalah diskusi yang kontra-produktif. Sebaiknya sudahi saja diskusi mempertentangkan antar ideologi dan biarlah itu menjadi sejarah romatika masa orde lama, dimana Indonesia tidak jua selesai membangun karena energi habis terkuras dalam wacana tanpa karya. Usaha Soekarno untuk menengahi "pertikaian" ini dengan politik nasakom-nya (Nasional, Agama dan Komunis) malah menjadi blunder kejatuhan rezimnya oleh TNI dan Mahasiswa saat peristiwa revolusi 1966.


Secara garis besar usulan PP-AD untuk menina-bobokan rakyat Indoensia ke masa lalu agar mendukung ide mengembalikan format MPR sebagai lembaga tertinggi Negara dengan komposisi keterwakilan antar etnis dan golongan bukan keterpilihan seperti sekarang ini. Mereka menjual Ideologi serta menjual kekhawatiran akan nasib NKRI jika tidak segera kembali pada pancasila dan UUD 18 Agustus 1945. Indonesia ada lebih dari 400 etnis, dan ini berpeluang untuk pecah menjadi beberapa Negara seperti Uni Soviet yang memiliki 125 etnis kemudian pecah menjadi 15 negara baru. Sungguh ini mencederai demokratisasi yang sedang kita bangun selama satu dasa warsa ini.


Akan tetapi untuk mewujudkan ideologi ini harus berhadapan dengan beberapa kubu tembok raksasa yaitu (1) Liberal dan neo-kolonialisme, (2) Oppurtunis / Pragmatis, (3) Fundamentalis Islam, dan (4) Gerakan kiri Baru (politik balas dendam) yang membahayakan Negara. Ini juga bertentangan dengan UUD pasal 28 tentang kebebasaan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat.

Saya ini langkah konyol jika kita mau menuruti kehendak para Jenderal pensiunan tersebut. Jelas ini gaya orde baru sekali, ide mereka ada turunan dari cara-cara Soeharto melanggengkan kekuasaannya yang bertahan sampai 32 tahun. Ketika Sukmawati Soekarno mendapatkan kesempatan untuk bersuara, ia menolak ide-ide gila ini karena akan mengembalikan momok TNI yang suka melanggar HAM. Ia mengatakan bahwa ia adalah saksi hidup bagaimana TNI melakukan pembantaian terhadap pribadi atau golongan tidak sefaham dengan Pancasila. Sayang hanya beliau yang berani melawan arus, yang lain hanya pembeo.
Mereka ingin mengangkangi semangat reformasi 1998 yang telah diperjuangkan mahasiswa dan rakyat miskin kota. Alasan mereka sebagai lip service adalah untuk menyelamatkan NKRI dari cengkeraman korporasi asing, ini perang generasi keempat, perang pemikiran. Dan itu semua harus diproteksi dengan Pancasila.

Sekilas kita pasti akan terlena oleh orasi ala militer para Jenderal ini, tetapi ada kepentingan yang lebih besar dari sekedar mengembalikan UUD 45 sebelum amandemen, itu cuma alat. Dan tujuan mereka sebenarnya ingin mengembalikan dwi fungsi ABRI sebagai alat politik dan militer. Format MPR dengan keterwakilan golongan, jelas nanti bakal ada keterwakilan TNI disana parlemen. Militer akan kembali berpolitik dan militer akan kembali berbisnis. Ini mencederasi reformasi supremasi sipil dan profesionalisme TNI sebagai alat perhananan Negara. Rupanya para Jenderal menginginkan “jatah pensiunan” yang tinggi dari yang sekarang ini didapat, kemana lagi mencari uang itu kecuali dengan berbisnis setelah menajamkan kuku politiknya di Senayan, seperi dalam tulisan George Junus Aditjondro yang dimuat dalam Jurnal Wacana, edisi 17. Tahun III, 2004, Negeri Tentara: Membongkar Politik Ekonomi Militer.

Lalu pemaksaan ideology tunggal Pancasila kepada 240 juta penduduk Indonesia, saya rasa itu mencederai semangat kebhinekaan kita. Mustahil untuk menyamakan pemikiran orang-orang perorang untuk menerima suatu fakta, walau benar sekalipun. Semua orang mempunyai persepsi masing-masing, seperti halnya juga dengan pancasila. Ada yang berpendapat Pancasila itu hanya sekedar nilai-nilai luhur, bukan ideologi karena sifat dari pancasila sangat mutitafsir dan dibenarkan pula oleh Soekarno sendiri, “kekuatan pancasila itu ada dalam multitafsirnya.” Jadi sah-sah saja jika pancasila ditafsirkan menjadi liberal atau komunis, semua bisa dilakukan karena ia bak air yang bisa menyesuaikan bentuk wadahnya.
Benarkah Pancasila menjadi benteng dari pemikiran Liberal, Pragmatis, fundamentalis Islam dan neo-komunis? Saya rasa tidak, jika Pancasila tetap dipertahanakan sebagai azas tunggal, maka NKRI tidak pecah menjadi Negara-Negara berdasarkan etnis tetapi menjadi Negara-Negara kontra-pancasila.
Sebagai penutup ide dan gagasananya Letjen (Purn) Kiki Syahnakri mengatakan, “old soldier never dies”. Tetapi saya lebih cocok jika diskusi kontra-produktif dengan purnawirawan TNI ini ditutup dengan seruan, “no country for old man.” 




Read More......