Sabtu, 31 Maret 2012

TUMPAS KELOR

Tumpas kelor adalah peristiwa muhibah melebihi bencana alam, termasuk kejahatan perang luar bisa. Genosida masal yang tercatat dalam sejarah Nusanatara, Majapahit menmggunakan tangan besi untuk menumpas habis Mahapatih Nambi beserta pengikutnya di Lamajang.
Diceritakan panjang lebar di Kidung Sorandaka dan disinggung juga di Serat Pararaton dan Kitab Negarakertagama. Bahwa Nambi mengambil cuti panjang karena Ayahnya, Pranaraja sakit lalu meninggal dunia pada tahun 1316 M. Nambi masih berduka, kemudian datanglah Ramapati menjenguk. Ia menyarankan kepada Nambi untuk memperpanjang cutinya, dan ia akan kembali ke Kutharaja Majapahit untuk menyampaikan permohonan ijin Nambi ke Sang Prabu Majapahit, ketika itu dijabat oleh Jayanagara.
Dengan liciknya Ramapati menyampaikan fitnah bahwa Nambi telah mempersiapkan pemberontakan. Jayanagara menelan mentah-mentah informasi dari Ramapati dan memimpin sendiri pasukan Majapahit untuk menumpas Nambi. Pararaton mengisahkan Nambi mati di benteng pertahanannya di Rabut Buhayang, karena dikeroyok Jabung Terewes, Lembu Peteng dan Ikal-Ikalan Bang dan Kerajaan Lumajang ditumpas habis beserta Arya Wiraraja selaku penguasa daerah timur. Genangan darah tumpah ruah ditimur jawa, kerajaan Lumajang dibumihanguskan tanpa petilasan. Inilah tumpas kelor.
Tidak ada yang tersisa dari keluarga Nambi, sanak keluarganya dibantai bahkan Arya Wiraraja juga ikut ditumpas habis tidak tersisa, inilah kejahatan perang Majapahit terhadap pengikut setianya, terhadap para founding father kerajaan. Nambi, Arya Wiraraja, Lembu Sora dan Ranggalawe adalah orang-orang yang berjasa menegakkan Kerajaan Majapahit diatas reruntuhan kerajaan Singasari, mati mengenaskan atas nama pemberontak. Tragis!
Indonesia, Negara yang dibangun dengan berpijak pada Kerajaan Majapahit, dikutuk untuk mengulang sejarah kelam Majapahit. Tumpas Kelor dilakukan Indonesia untuk menumpas PKI sampai akar-akarnya, semua individu yang mempunyai hubungan dengan Komunis ditumpas habis, tiga juta jiwa rakyat Indonesia harus jadi korban sejarah. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1966, dua puluh tahun setelah Indonesia merdeka (1945-1966), persis sama dengan Tumpas Kelor keluarga Nambi di era Majapahit, dua puluh tiga tahun setelah Majapahit berdiri (1293-1316).
Jika pemberontakan DI/TII Kartosoewiryo, tiga tahun dari Indonesia merdeka (1945-1948) adalah cerminan dari pemberontakkan Ranggalawe, dua tahun dari Majapahit berdiri (1293-1295) dan diikuti oleh pemberontakan-pemerontakan lainnya, seperti PRRI/Permesta, Pemberontakan APRA, dan lain-lain. Pada masa jaya Indonesia hingga menjadi macan Asia pada Jaman orde baru saat Presiden Soeharto berkuasa sejalan dengan masa kepemimpinan Hayam Wuruk.
Kini Indonesia berada pada masa “Perang Paregreg”, Era Reformasi Indonesia semakin kacau dengan permasalahan hukum, ekonomi, korupsi dan keadilan, persis seperti kacaunya pemerintahan Majapahit akibat perang saudara berkepanjangan.
Akankah datang masa sadyakalaning Indonesia? Sejarah Majapahit sudah melaluinya pada masa sirna ilang kerta ning bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar