Rabu, 02 November 2011

FLP Semarang trip to Kudus, sebetik perjalanan sebagai mula

Minggu, 23 Oktober 2011
Pagi yangcerah ketika malam hai Semarang diguyur hujan, rintik-rintik air jatuh ketika awan tidak kuat lagi menampung beban yang memberatkannnya.  Ketika rapat rapat kerja da pelantikan pengurus FLP Semarang akan digelar pagi ini. tepat 7.30 dari waktu yang dijadwalkan, aku menggelindingkan roda kendaraanku menuju masjid alhuda di Perumda Tembalang baru, persis berseberangan jalan dengan kampus Politeknik Negeri Semarang.
Acara pada pagi hari ini adalah rapat kerja dan pelantikan pengurus FLP Semarang 2011-2013, akan dilantik langsung oleh mbak Afifah Afra aka Yeni Mulati, S.Si selaku ketua FLP Wilayah Jawa Tengah.
Kegiatannya berlangsung seru, khidmat dan penuh barakah, insyaallah. Acara berakhir pada pukul 11.30 WIB.

Siang sehabis Zhuhur di Masjid Al-Huda di Perumda Tembalang Baru. Hujan turun membasahi permukaan bumi yang sejak lama tidak ia sambangi. Kami Adisaputra Nazhar, Syah Aziz, Roh Agung, Bambang Setyawan, Titi Rohmah, Siti Muawanah, Ropiq Hidayat, Caswitin Arif Mahruz, Syifa Azmy, dan Asep ketika itu harus terjebak hujan dan menunggu sekian lama hingga hujan ini reda. Ada yang aneh dengan hujan kali ini, jika melihat jauh ke timur dimana tujuan kami kesana begitu terang, awan putih pekat menyelubungi sebagian Kota Semarang, tetapi di Tembalang hujan dengan awan hitam legam.
“Hallo akh,” kata Agung dalam panggilan telpon, ia menelpon “sesuatu” untuk menanyakan “sesuatu”. “Di Pucang Gading hujan kah?”
Meski langit kini mendung hitam hujan kian deras, tetapi karuan saja wajah akh Agung jadi cerah. “Di Genuk, Kali Gawe sana tidak hujan,” begitu katanya dengan merona. Hehehee...
“Ya sudah ayo lekas, pakai jas hujannya. Kita berangkat, nanti dijalan juga reda sendiri,” begitu kata Syah Aziz ketua FLP Semarang yang baru dilantik, asupan semangat karena telah dibait tadi masih ditunjukkannya meski hujan.
Aku berdiri dibawah guyuran hujan, teman-teman yang lain berteduh hanya aku yang hujan-hujanan dengan memakai jas hujan lengkap, disana juga ada ukhti wiwik yang memakai payung. “Ada-ada saja orang satu ini, ternyata sudah sedia payung sebelum hujan, tetapi kalau naik motor? payung mah gak ada gunanya Neng,” gumamku dalam hati.
Ketika semua telah siap berangkat dan niat sudah terpatri dalam hati, sepertinya hati kami akan berteriak, “BERANGKAATTTT!!!!”. Motor sudah di-starter, mesin kini menggebu-gebu sudah ingin melangkh. Dan....na layau! Hujannya reda, haruskah aku bersyukur untuk keadaan ini? ya sudah, lupakan. Kita berangkat!
Tujuh motor melaju meninggalkan “pos” menuju stasiun pompa bensin terdekat. Maklum, meski hari mendung gini, motor kami lagi “haus” minta diisi bensin. Hehehee.... Ketika akan menuju pom bensin, Wawan dan Asep pamit untuk berangkat duluan karena harus mampir dikos teman mereka, janjinya adalah kita bertemu lagi di simpang tujuh Kudus.
Kini tinggal enam motor berjalan beriringan dengan tujuan Kota Kretek demi memenuhi undangan dari mantan 'perjaka ting-ting' sekaligus mantan ketua FLP Semarang, akh Ali Margosim.
Rintangan pertama yang harus kami lalui adalah turunan terjal Sigar Bencah dengan badan jalan yang bergelombang setelah itu melewati jalan sempit ditepi jurang yang curam dengan tebing terjal diatasnya (#lebayy.com). Lepas dari sana, perjalanan kini membelah daerah perumahan yang memang berjubel disana. Daerah Meteseh, Kedung Mundu, Ketileng dan Klipang memang diperuntukkan sebagai lokasi pemukiman. Dipertigaan didepan SLB Semarang, ada kecelakaan tunggal dimana dua orang remaja putri terjatuh setelah melewati jalan licin habis hujan. Akh Aziz yang ada dibarisan depan mencoba untuk menolong kedua remaja itu, tetapi kucegah dan meminta agar semua kembali melanjutkan perjalanan. Sudah ada yang dua orang pria yang menolong mereka, lagipula RSUD dekat dari lokasi tersebut. Masalahnya kita sedang berpacu dengan waktu untuk secepatnya sampai Kudus, menurut prediksiku perjalanan ini akan memakan waktu dua jam kedepan.
 Laju menderu membelah jalan-jalan aspal yang basah, dua tiga kelokan tajam kami sudah sampai di RSUD Ketileng. Suhu dijalan kala itu bikin gerah para pengemudi. Aspal yang terpanggang panasnya matahari selama enam jam, kalau tidak salah suhu aspal itu mencapai 70˚ C saat panas terik (kata dosenku sih gitu, terserah pembaca mau percaya atau tidak, kalau saya sih percaya saja, kalau tidak ya alamat bakal jeblok nilai ujianku). Kembali ke aspal (bukan “asli apa palsu” atau abal-abal, ini kita bahas aspal jalan raya). Ok dilanjut, ketika hujan menerpa bumi dan membasahi jalanan, maka udara panas akan terpancar keluar dari aspal jalan, inilah penjelasan ilmiahnya dan juga sifat dari batu alam adalah lambat menyerap panas dan lambat juga melepaskan panas, kira-kria berbanding terbaliklah dengan aluminium dan tembaga.
Kenapa ini jadi malah membahas aspal jalan? ok simak baik-baik kisah selanjutnya.
Beberapa meter dari RSUD sampai di pertigaan Kedung Mundu, kami memilih jalan lurus. Aku sebagai penunjuk jalan, memimpin rekan-rekan melintasi jalan Fatmawati sampai di ujung jalan jalan besar yang mengarah ke Purwodadi. Dari pertigaan itu, kemudi stang kuarahkan ke kiri, menunggu lampu lalu lintas menyala hijau kemudian berbelok kekanan melintasi Jalan Arteri Soekarno Hatta, jika terus ditelusuri jalan ini akan mengelilingi Kota Semarang dari arah utara dan berakhir di Bundaran dekat Indraprasta. Tetapi tujuan kami bukan kesana, hanya dua ratus meter kedepan kami berbelok, kulirik di plank hijau diatas  tertulis “GENUK” kemudian ada tanda panah ke kanan. Kukira hanya sekejap saja kami merasakan halusnya jalanan empat lajur dan dua jalur dengan terdapat median jalan ditengahnya.
Setelah pertigaan dari Jalan Arteri tadi, kini kami menyusuri jalan kecil, tapi tidaklah layak disebut sempit. Jalan terdapat dua lajur tanpa median jalan tersebut kurasa sudah layak jika dibandingkan dengan jalan lintas provinsi di Sumatera. Bangetayu, begitulah nama kelurahan dimana kami berada sekarang.
Kini hujan turun lagi, lampu sein kunyalakan sebagai tanda aku akan menepikan tungganganku. Kulirik lima motor dibelakangku juga turut melakukan hal yang sama, menepi untuk memakai kembali jas hujan yang telah dilepas. Gerah..., siapa yang tahan?!
Tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk mengenakan kembali jas hujan, hanya bajunya saja karena celananya masih kukenakan. Oh ya, ada yang lucu jika membahas jas hujan, akh Isnadi teman seperjalananku yang bertindak sebagai goncenger, nebeng atau apalah, yang penting dia bukan penumpang (secara gitu lho, ane bukan supirnya kale...).
Apa sih yang lucu?
Gini gue ceritaian, kita flash back dulu ke belakang, sesaat sebelum berangkat. Akh Isnadi ini dapat pinjaman rain coat dari ukhti Muawannah, karena cuma satu, jadi dibagi dua bersama Syifa. Nah Syifa karena perempuan dapetnya rain coat bagian rok, sedangkan bajunya ada di akh Isnadi.
Jrengg!!
Ketika jas itu hendak dipakai, wah ternyata sobek-sobek dan tidak layak pakai sama sekali, tetapi terpaksa dipakai, daripada basah? Gimana, pilihannya tidak banyak, hujan ketika itu turun deras sekali. Akhirnya akh Isnadi berpakaian “gembel” itu ikut membonceng di belakangku, tapi hanya beberapa jenak saja ia mengenakan “pakaian kebesarannya” itu,  (ini bukan pakaian kebesaran seperti punya Raja, tetapi sobeknya itu lho yang kebesaraan, hahahaaa... piss akh Isnadi) kini sudah dilepas.
“Kenapa dilepas akh?” tanyaku.
“Panas,” begitu jawabnya ngeles, tetapi aku tahu maksudnya, tetapi ini rahasia kita berdua ya akh.

Tadi ceritanya sudah sampai mana? 
Oh ya di Kelurahan Bangetayu sedang hujan.


Singkat saja, aku sudah mengenakan jas hujan kembali. Perseneling sudah kumasukkan ke gigi satu, motor kugas untuk siap melaju. Tetapi.... aku iba akan sesuatu, akh isandi tidak mengenakan apa-apa untuk berlindung dari gempuran hujan ini, kulihat ada jas hujan nganggur dimotorku.
“Pake jas hujan akh?” tawarku sembari menggodanya.
“Gak usah,” katanya cepat langsung tanggap.
" Nanti basah bagaimana?"
"Ah, sudah biarkan saja."
Tak sempat kulihat ekspresi wajahnya waktu itu, tetapi dari intonasi suaranya saja sudah membuatku geli. Kali aku harus menahan tawa, tetapi sedari tadi aku menahannya, kapan mau tertawa kalau begini?? Ya sudahlah, hujan pasti akan reda akh, gumamku dalam hati. Saran ana, antum berdendang lagu dangdut saja  sepanjang perjalanan kita,  “.... baju satu kering dibadan....”
Supra X-125D tungganganku dengan no.pol. BE 6353 MF kembali memimpin perjalanan, aku ada dibarisan depan lagi,hahahaa... teman-teman telah jauh tertinggal. “Pakai jas hujan apa mau kondangan mbak? kok gitu lamanya,” gerutuku dalam hati. Bila ditelaah ulang dan dipikir lagi secara matang, wajar jika mereka lama,  lupa kalau kita ini sedang berangkat kondangan? Eh tapi, tunggu-tunggu... masa pake jas hujan saja harus dandan? ah, what ever.
Bangetayu.... sesaat nama itu mengganggu konsentrasiku berkendara.
“Rumah ust. Anif itu ada didekat sini,” kata akh Isnadi sesaat sebelum roda kendaraanku menggelinding menyusuri jembatan layang yang melintasi jalan rel kereta api.
Iya benar, pantas aku seperti tidak asing dengan nama kelurahan ini, ternyata kami sedang melintas di kampung halaman senior kami di FLP, Habiburahman el Shirazy.
“Rumahnya belok kiri sebelum jembatan,” tambahnya lagi.
“Antum pernah ke rumah beliau akh?”
“Pernah beberapa kali.”
Melintas diatas jembatan layang, menapaki ketinggian, dalam rinai hujan sekilas rona mataku menangkap pemandangan sudut Kota Semarang yang padat oleh pemukiman disepanjang bantalan rel kereta. Jika hari cerah, laut biru dapat terlihat jelas dari atas jembatan ini.
“Akh, sebentar... ada sms dari ukhti Mua,” kata akh Isnadi seraya menepuk pundakku perlahan.
Sosok yang dimaksud akh Isnadi itu adalah Siti Muawannah. Biasanya nama panggilan itu ada di nama depan, tetapi Ibu Ketua Ranting Ngaliyan ini akrab dipanggil “Mua”, dia sepertinya nyaman dengan panggilan tersebut. Khusus untuk anak-anak FLP, ia “haramkan” memanggil dengan panggilan “Siti”, yang jadi masalah itu ada di Ikhwan. Pernah nama itu ditambahi oleh akh Aziz dkk, menjadi “Siti Kusnari”. Setiap orang yang mendengar nama itu untuk pertama kalinya pasti tidak akan merasa janggal, tetapi jika ditelaah lebih jauh dengan metode frase, dua kata itu seperti ber-homonim, (maaf ini bukan lebay). “Siti Kusnari” akan sama penyebutannya tetapi berbeda makna jika ditulis,” Si tiKus nari”. (Piss ah untuk ukhti Siti, ups! Salah... ukhti Mua).
“Apa katanya?” tanyaku sambil melepas gas motor dan laju kendaraanku mulai melambat
“Katanya mereka ketinggalan jauh.”
“Bisanya?”
“Gak tahu, lebih kita tunggu saja.”
Aku menyanggupi, motor kutepikan ketika telah melewati sebuah dua buah tikungan zig-zag, berbahaya menghentikan kendaraan di jalan menikung.  Bila kita berhenti ditikungan, dikhawatirkan akan terserempet oleh kendaraan lain yang melintas, ini akibat pengarauh gaya sentrifugal yang dihasilkan kendaraan ketika berbelok arah. Biasanya arah laju kendaraan tidak bisa sepenuhnya dibawah kendali si pengemudi, karena ada gaya luar yang bekerja. (Nah kalau bingung dengan apa itu gaya sentrifugal, coba buka-buka lagi buku fisika SMA atau search di google ya.)
Sejenak menunggu, akh Aziz melintas dengan senyum yang sumringah, meski memakai helm, ia tidak lalai dengan ciri khasnya ini, tersenyum walau lucu karena yang terlihat hanya giginya, sebagian mukanya tertutup pekat kaca helmnya. “Tin..tin!” ia ngebel sebegai isyarat, kami melambaikan tangan memintanya untuk terus melanjutkan perjalanan.
Hanya selisih tiga motor, menyusul Beat hitam dengan plat R. Ukhti Totti sedang asyik memacu tunggangannya meliuk-liuk dipadatnya lalu lintas. Syifa yang menyadari kehadiran kami, gak tahu si Totti melihat kami atau tidak yang jelas ia tidak sedikitpun memperlambat laju motornya ketika melintas persis dibatang hidungku.
Terpaut jarak yang cukup jauh dari rombongan Aziz, Ropiq sudah terlihat dari balik tikungan, lalu menyusul pasangan “emas” akh Mahrus dan akh Agung. Dua orang ini bisa dibilang pasangan yang kontroversial, cara berbocengannya itu lho yang bikin gak tahan, mana tahan?
Dua motor sudah melintas, selang berapa menit, tidak jua ada tanda-tanda kehadiran Revo hitam plat AA yang membawa ukhti Mua dan si Wiwik. Lama menunggu tidak jua tiba, lama menggerutu pun tiada gunanya, mau menyalakan cerutu tetapi haram hukumnya, lalu mau apa?
Beberapa meter lagi memasuki jalur Pantura, itu artinya perjalanan luar kota segera dimulai, tetapi kapan? Dua makhluk yang meminta dinanti ini tidak juga hadir disini.
Kok adoh men kacek’e?” akhirnya ada juga teman yang menemani menggerutu.
Lama, lama, lama.... nunggu, menunggu, menanti... kok lama ya? haduch....pusing.
.....
Akhirnya yang dinanti pun akhirnya kembali, Revo hitam plat AA membawa dua akhwat yang berkacamata namun sedang berkamuflase tiba juga. Mereka sampai, melintas dihadapan kami, lalu dipersilahkan mendahului, (kalau ditaruh belakang lagi, mesti akan tercecer lagi, saya berani garansi!).
Perjalanan dilanjutkan, jarak tempuh perjalanan masih 50 km lagi. Jarak yang lumayan jauh. Tiga motor melaju berjama’ah menuju batas kota dimana rombongan yang lain tengah menunggu kami disana. Saya dan Isnadi, Ukhti Mua dan Wiwik kemudian si pasangan “emas”, yang ternyata ikut pula menanti dua makhluk yang tercecer tersebut tetapi dilain tempat, berselisih jarak beberapa meter dari tempatku menunggu.
Langit hitam menggantung dibatas kota, mega-mega tebal menyelimuti suka duka diperjalanan. Perjalanan baru akan dimulai, melibas angkernya medan jalan yang dihuni truk-truk tronton dan teman sejenisnya. Hujan mulai reda dan cuaca sangat mendukung kala itu.


Bagi para musafir, mereka merasakan perjalanan ini terasa sangat singkat. Seperti halnya  hidup didunia, sekedar mampir untuk minum. Teruntuk bagi penulis, mereka tidak bisa melihat akhir dari perjalanan. Ia hidup di dunia, sekedar mampir dan menyediakan minum.

Bersambung....

Read More......

Senin, 04 Juli 2011

LASKAR PELANGI, Sebuah Fenomena atau Rekayasa?

Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah sang pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Apa hebatnya buku ini?.

Bila kita sandingkan dengan masterpierce buah karya Pramoedya Ananta Toer, Tetralogi BUMI MANUSIA dan RONGGENG DUKUH PARUK karya Ahmad Tohari, sudah barang tentu buku laskar pelangi hanya menjadi "anak bawang" dalam dunia sastra Indonesia. Miris bila melihat angka penjualan BUMI MANUSIA dan RONGGENG DUKUH PARUK yang kalah jauh bila dibandingkan dengan Laskar Pelangi, bahkan dengan buku novel remaja populer yang renyah tak berbobot bagai makanan ringan kemasaan, ia masih kalah jauh. 
kenapa? ini pertanyaan..... 

Melihat fenomena larisnya novel Laskar Pelangi yang katanya buku satra Indonesia paling laris ini, saya jadi ingat dengan seorang tokoh psikologi dalam bidang markerting yang masih 'anak angkat" dari Bapak psikoanalisis, Sigmund Freud. PROPAGANDA MEDIA ala EDWARD BERNAYS. Edward Bernays adalah seorang pionir dalam bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) yang lahir pada tahun 1891 dari keluarga Yahudi. Namanya sangat termasyhur dalam bidang manipulasi pikiran manusia lewat jalan media dan menjadi rujukan para manipulator di seluruh dunia.( eramuslim.com) 

Buah pemikiran seorang Yahudi bernama Edward Bernays menjadi kitab rujukan utama dalam memasarkan produk, lihai mengemas "tahi kucing" hingga seseorang mau membelinya atas nama tren. Filosofinya memang tidak sepele: "Ketika produk kesesatan ditampilkan terus menerus ia bisa menjadi kebenaran. Ketika opini umum sudah sama, maka disitulah kebenaran dan kebathilan menjadi kabur untuk didefinisikan."

Pada awal tahun 2008, bertepatan dengan launching film Ayat-Ayat Cinta (AAC) pada Maret 2008, disanalah dimulai pemasaran buku Laskar Pelangi. Dengan meminjam kekuatan media, invisible hands sepertinya bermain dalam me-marketing novel ini.

Menurut Dr Minako Sakai, seorang pengajar senior berkebangsaan Jepang di Indonesian Studies, School of Humanities and Social Sciences, The University of New South Wales (UNSW), Australia saat mendampingi Habiburahman el Shirazy dalam bedah novel CINTA SUCI ZAHRANA, ia mengungkapkan bahwa ada transformasi sosial di masyarakat terutama di Indonesia, dulu ketika ia datang ke Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1980, disaat itu tidak ia temukan para wanita Indonesia berjilbab, sekarang sudah berjilbab. Ketika ditanya apakah ini karena pengaruh sastra Islam yang hadir pada awal pertengahan tahun 90-an? Mina, begitu ia biasa disapa menjawab, "bisa iya bisa tidak, akan tetapi media yang paling berpengaruh." 

Hal senada juga diungkapkan oleh Intan Savitri saat Upgrading FLP Wilayah Jawa Tengah di Tegal, 7-8 Mei 2011. Perempuan yang merupakan General Manajer di penerbit Balai Pustaka ini mengatakan, "karena film Ayat-Ayat Cinta, para ibu-ibu sekarang sudah percaya diri ke pesta kondangan dengan memakai jilbab." Mbak Intan juga menambahkan, "oleh karena booming novel Laskar Pelangi, jenre sastra di Indonesia berubah mengikuti tren yang dibawa novel tersebut". jadi beliau menghimbau kepada anggota FLP untuk menuliskan Islam sebagai nilai-nilai Islam yang universal, tidak seperti beberapa tahun yang lalu dimana Sastra Islam selalu memuat nilai-nilai al-qur'an dan Jilbab yang kental. 

Dan "meledaknya" novel Laskar Pelangi ini dipasaran hingga wikipedia menuliskan bahwa novel karya Andrea Hirata ini sebagai buku sastra Indonesia yang paling laris sepanjang sejarah. Ini karena disokong oleh media yang "bersahabat", dimana semua media cetak maupun elektronik seperti mempunyai keharusan untuk memberitakan novel ini dan berbagai talk show digelar. 

Dari beberapa penjelasan dan fakta diatas, bisa ditarik kesimpulan sementara bahwa ada kekuatan media yang besar dibelakang novel Laskar Pelangi, dan ini yang berandil besar dalam menggulirkan novel ini ke masyarakat. Mungkin karena novel ini memang bagus? ya, memang ada kemungkinan kesana, tetapi saya punya pendapat pribadi. selama saya membaca novel Laskar Pelangi, saya tidak berhasil menemukan dimana bagusnya novel ini. Apa nilai sastra yang menjadi content novel karya Andrea Hirata ini? 

Pendapat yang sama diungkapkan oleh teman saya yang kebetulan ia juga pernah diminta membedah buku ini di acara Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Ia sependapat dengan saya, “itu karena marketingnya yang gencar bukan karena novel ini bagus”. Pendapat ini diperkuat oleh pak JONRU saat diundang FLP Semarang pada awal tahun 2010. Mungkin banyak lagi sastrawan yang sependapat dengan ini, tetapi karena memang sudah menjadi opini publik bahwa novel ini bagus, ya jika mereka bertanya tentu mereka akan mengeluarkan "kartu aman". 

fakta yang terkait Tetralogi Laskar Pelangi: 

ANGKA PENJUALAN DARI NOVEL INI MENCAPAI ANGKA FANTASTIS HANYA SAMPAI NOVEL KEDUA, SANG PEMIMPI. NOVEL KETIGA, EDENSOR MENGALAMI PENURUNAN DAN HANCUR DI NOVEL KEEMPAT, MARYAMAH KARPOV. 

Ada beberapa yang harus direnungkan: 

1. Jika memang novel ini bagus sudah barang tentu sampai buku keempat ia masih punya "nafas" yang cukup untuk bergeliat seperti dibuku pertama atau bahkan lebih booming lagi dari seri pendahulunya walau tidak didukung oleh dana marketing seperti di novel pertama. Disini kualitas sastra dari Tetralogi Laskar pelangi dipertanyakan? 

Berarti inilah yang dimaksud Edward Bernays dengan propaganda medianya. 
"Ketika produk kesesatan ditampilkan terus menerus ia bisa menjadi kebenaran. Ketika opini umum sudah sama, maka disitulah kebenaran dan kebathilan menjadi kabur untuk didefinisikan." 

2. Apa motif sebenarnya dari boomingnya laskar pelangi. 
Apakah motifnya murni hanya faktor ekonomi?
..... 
Jika ini faktor ekonomi yang berbicara, mengapa promosi novel kedua sampai terakhir tidak segencar yang pertama? Jika beralasan tidak ada dana, Apakah pihak penerbit menjadi miskin oleh karena booming novel pertama dan kedua? Kemana media cetak dan elektronik yang selama ini men-support LP hilang begitu saja?

Efek yang terasa dalam dunia sastra dan sosial akibat meledaknya novel Laskar pelangi ini adalah berubahnya tren sastra sekarang ini. Laskar Pelangi seperti dijadikan "amunisi" untuk mengalihkan isu, agar sorot mata masyarakat beralih dari sastra Islam yang kental dengan nilai-nilai agung la-qur'an menjadi sastra Islam yang bernilai universal. 

Dan ketika tujuan "mereka" telah tercapai, "invisible hand" yang tadinya bermain itu angkat kaki dari Tetralogi Laskar Pelangi sehingga penjualan novel ini jadi jeblok. Jika ini tidak "mereka" lakukan, akan ada tranformasi sosial di Masyarakat Indonesia yang mereka khawatirkan, berarti benar kata Dr Minako Sakai dan Mbak Intan Savitri. 


Read More......

Jumat, 29 April 2011

ANIS MATTA QUOTES

Tantangan adalah stimulant yang disediakan oleh Allah untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri manusia.

Naluri Kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang dalam dari kepahlawanan itu sendiri. Hal ini akan menggoda sang pengagum untuk melihat dirinya sembari bertanya, Apa engkau dapat melakukan hal yang sama?
Naluri kepahlawanan adalah kekuatan yang mendorong munculnya potensi-potensi tersembunyi dalam diri seseorang, kekuatan yang berada dibalik pertumbuhan ajaib kepribadian seseorang.

Keberanian adalah kekuatan yang tersembunyi dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang untuk maju menunaikan tugas, baik tindakan maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau untuk mencegah suatu keburukan dan dengan menyadari sepenuhnya semua kemungkinan risiko yang akan diterima.
Sebagian dari keberanian itu adalah fitrah yang tertanam dalam diri seseorang dan sebagian lagi biasanya diperoleh melalui latihan.
Nasehat Umar, “Ajarkan sastra kepada anak-anakmu , karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.”
Roh kebenranian itu dapat mematikan semangat perlawanan musuh.

Kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seorang pahlawan.
Keberanian adalah aspek ekspansif dari kepahlawanan, akan tetapi kesabaran adalah aspek defensifnya. Kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menentukan sejauh apa kita membawa beban idealism kepahlawanan dan sekuat apa kita mampu selamat dalam menghadapi tekanan hidup.
“Sesungguhnya kesabaran itu hanya pada benturan pertama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Qayyim berkata, “Sampai akhirnya kesabaran itu sendiri yang gagal mengejar kesabarannya.”

Filosofi adalah sebuah ruang kecil dalam kepribadian kita darimana seluruh tindakan diarahkan dan dikontrol.
Filosofi adalah kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita dan benrfungsi member ruang dalam diri kita ruang bagi semua tindakan yang mungkin kita lakukan. Semakin luas kerangka berfikir kita, semakin luas pula wilayah tindakan yang mungkin kita lakukan.
‘Amr bin ‘Ash memaknai keterampilan berpolitik seorang pemimpin: “jika seorang pemimpin tahu bagaimana memasuki suatu urusan, maka ia harus tahu juga bagaimana cara keluar dari urusan itu, sesempit apapun jalan keluar yang tersedia.

Strategilah yang menentukan nilai dari sebuah pekerjaan.

Nasehat Abu Bakar untuk tentara yang akan berperang, “Carilah kematian, niscaya kalian akan mendapatkan kehidupan.”

Kata Sayyid Quthb dalam sebait puisi:
Saudaraku, kalau kau teteskan air matamu
Kau basahi pula nisanku dalam sunyi
Nyalakan lilin-lilin dari tulang belulangku
Jalanlah terus ke kemenangan abadi

Imam Syahid Hasan al Banna berkata: “jangan pernah melawan sunatullah pada alam, sebab ia pasti mengalahkanmmu. Tapi, gunakan sebagiannya untuk menundukkan sebagian yang lain, niscaya kamu akan sampai tujuan.”

Yang harus dilakukan saat musibah itu datang;
1. Mempertahankan ketenangan
2. Mempertahankan harapan
3. Mempertahankan keberanian
4. Mempertahankan semangat

Harapan, seperti kata Rasulullah saw, adalah rahmat Allah bagi umatku.jika bukan karena harapan, tak kan ada orang yang mau menanam pohon dan tidak ada seorang ibu yang mau menyusui anaknya. Harapan adalah buah dari dari kepercayaan akan rahmat Allah dan juga kepada kemampuan Allah SWT melakukan semua yang Ia kehendaki.

Krisis adalah takdir semua bangsa. Ia tidak perlu disesali. Apalagi dikutuk. Kita hanya perlu meyakini sebuah kaidah, bahwa masalah kita bukan pada krisis itu. Tapi pada kelangkaan pahlawan saat krisis itu terjadi. Itu tanda kelangsungan hidup atau kehancuran sebuah bangsa. Itulah kata-kata Anis Matta dalam bukunya Mencari Pahlawan Indonesia (2004).

Selanjutnya Anis Matta mengatakan bahwa pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan ke bumi untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali ke langit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis.

Keberanian adalah kekuatan yang tersimpan dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang untuk maju menunaikan tugas, baik tindakan maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau untuk mencegah suatu keburukan dan dengan menyadari sepenuhnya semua resiko yang akan diterimanya. (Anis Matta, 2004).

Nauri kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang dalam kepada kepahlawanan itu sendiri. Hal itu akan menggoda sang pengagum untuk melihat dirinya sembari bertanya, apa engkau dapat melakukan hal yang sama? Dan jika ia merasa memiliki kesiapan-kesiapan dasar, maka ia akan menemukan dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi segenap potensinya untuk tumbuh dan berkembang. Jadi, naluri kepahlawanan adalah kekuatan yang mendorong munculnya potensi-potensi tersembunyi dalam diri seseorang, kekuatan yang berada di balik pertumbuhan ajaib kepribadian seseorang (Anis Matta, 2004).

Read More......

Selasa, 26 April 2011

IMAJINASI; Pedang Bermata Dua

 
“Imagination is the preview of life’s coming attractions. – Imajinasi adalah gambaran kehidupan yang akan datang.” Albert Einstein.
Benar, tidak mengada-ada jika peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan sastra, bukan sains. Ilmuwan besar sekaliber Albert Einstein pun mengakuinya, bahwa dunia "khayalan" itu yang menginspirasi penemuan-penemuan besar para Ilmuwan. Jika saja Wright Brother tidak terinspirasi oleh kisah-kisah mitos manusia bisa terbang, tidak akan ada pesawat terbang sekarang ini. Adakah inspirasi itu datang tidak dari imajinasi?
<span class="fullpost">
Sastra adalah pondasi peradaban, pembangunan karakter bangsa adalah peran  sastra. Indeks pembangunan manusia selalu berpatokan kepada budaya membaca. Ini yang kurang disadari oleh Indonesia.
 Bangsa ini bangga bila ada warga negaranya pulang dari menuntut ilmu di luar negeri dengan membawa gelar Doktor sains, ia diagung-agungkan seolah harapan untuk kemajuan Indonesia ada dipundaknya. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya, sang Doktor hanya jadi Ilmuwan yang "miskin" karya, karena dinegara ini tidak ada IMAJINASI  yang bisa mengolah ilmu pengetahuan sang Doktor.  Mungkin para Ilmuwan di Indonesia bingung harus berbuat apa, tidak ada yang menginspirasinya, tidak ada pulai orang-orang yang berbicara tentang masa depan, imajinasi kehidupan Indonesia kedepannya tidak ada punya gambaran jelas.
Jadilah Sang Doktor tadi ketika diminta oleh Bangsa lain yang bisa berimajinasi tinggi untuk menyelesaikan proyek masa depan mereka dengan sains para Ilmuwan. Mega proyek ini bernama; "mewujudkan teknologi karya sastra yang belum ada, demi masa depan yang cerah."
Imajinasi selain membangun peradaban, imajinasi juga bisa tonggak merusak moral. Menghancurkan sendi-sendi adat istiadat dan etika di masyarakat. Imajinasi kotor yang merangsek melalui pemikiran pemikiran negatif yang akan mengendap dialam bawah sadar manusia
.
"sesungguhnya, sebagian dari prasangka itu adalah dosa". (QS:49:12)
 
Allah melarang umatnya untuk su'udzon, karena berprasangka negatif akan menghasilkan imajinasi yang negatif. Otak manusia berpikir 60.000 kali setiap hari dan 2.000.000 informasi perdetik yang bisa ditangkap. Imajinasi negatif pasti akan ada, dan itu tidak bisa kita hindari tetapi jagalah agar Imajinasi-imajinasi negatif itu tidak berubah menjadi fantasi-fantasi kotor yang bisa merusak, baik diri, keluarga maupun lingkungan.
Ketika dulu heboh masalah majalah "Play Boy Indonesia", ada seorang ulama yang mengatakan; "Menghancurkan Indonesia tidak dengan cara menghina Nabinya, karena orang yang tidak sholat pun pasti akan marah, tetapi mereka menghancurkan dengan cara memasarkan pornografi di negara muslim terbesar ini."
Pornografi, pornoaksi dan segala bentuk ragam cabul apapun kemasannya akan merusak pemikiran generasi muda dengan selalu menghadirkan imajinasi kotor di otaknya. Jika Imajinasi itu berlanjut menjadi fantasi, maka "karya"nya adalah free seks, pemerkosaan, hubungan diluar nikah dan lain-lain.
ini adalah efek lain dari Imajinasi yang tidak terkontrol, menjadikan  manusia selalu dikontrol oleh fantasi-fantasi dalam setiap gerak tubuhnya. Sekarang bisa dilihat, manakah yang dominan di generasi muda ini, sastra atau pornografi?
Pemerintah telah melarang pornografi, karena orang-orang yang pro dengan pelarangan ini adalah mereka yang dapat membayangkan nasib bangsa ini kedepan bila imajinasi negatif terus dicekoki dibenak kawula mudanya.
Sesungguhnya sastra telah memberikan jalan untuk berimajinasi yang positif dan produktif, dengan sastra para kaum muda lebih mudah untuk diajak berpikir tentang masa depannya karena masing-masing sudah ada gambaran  bagaimana kehidupan yang akan datang. Ketahuilah, hubungan sebab dan akibat itu erat berkaitan dengan sastra dalam merangkai sebuah cerita.
Cintailah SASTRA, agar dua mata pedang itu bisa kita tebaskan kearah "musuh".
Nasihat Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra.
"Ajarkan anakmu sastra, maka ia akan merubah anak yang pengecut menjadi pemberani".
wallahu'alam bish shawab. </span>

Read More......

Senin, 25 April 2011

NEGARA INI BUTUH PERANG, AGAR HILANG ITU KEKERASAN


“Barang siapa mengenal seni perang, ia tak akan serampangan dalam gerakannya. Ia kaya akan gagasan dan membatasi nafsu.” (SUN TSU )
ITULAH nasihat filsuf Cina Kuno pada 2500 tahun lalu, namun masih relevan untuk jaman sekarang ini. Dalam setiap keadaan kita butuh perang, baik dalam keadaan  damai  atau ketika tidak ada  (baca: nampak) musuh sekalipun. Dan apabila kita berperang dalam keadaan yang adem-ayem seperti sekarang ini, energi yang terkuras akan lebih besar dibandingkan dengan perang yang jelas nyata musuhnya. 
“Barang siapa mengenal dirinya sendiri dan mengenal musuhnya, ia senantiasa menang dengan mudah. Barang siapa mengenal langit dan bumi, ia menang atas segalanya”.

SEJAK dua setengah milenium yang lalu ahli strategi perang ini selalu mengingatkan, untuk selalu mengenal diri, mengenal musuh dan mengenal langit dan bumi. Pemikiran ini ternyata bukan saja relevan dalam dunia militer saja, tetapi juga ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya. intinya adalah PERANG tidak bisa dijauhkan dari kodrat manusia yang memiliki naluri untuk selalu dapat "bertahan hidup". 

 
Miris hati melihat begitu banyak kekerasan yang terjadi dinegeri ini. Adakah yang salah bila kita hidup dalam damai? ketahuilah kedamaian itulah yang melenakan kita. Ibarat monyet yang bergelantung dipohon, jika angin kencang, ia tidak akan jatuh karena semakin kencang angin berhembus maka pegangan si monyet akan lebih kencang pula. lain halnya bila angin sepoi-sepoi, monyet itu jatuh karena angin sepoi-sepoi ini yang membuatnya terlena.
Kita dilenakan oleh damai, sehingga tidak sadar akan musuh sebenarnya, atau musuh itu "kasat mata " sehingga kita yang hidup dalam "damai" luput menyadari ada yang sedang memerangi. Sehingga jangan salah bila manusia menggunakan "naluri" yang sudah lama mengendap itu dengan memerangi musuh-musuh "semu", terjadilah kekerasan yang dipicu oleh masalah yang sepele.
Kita butuh perang, dengan perang masyarakat sadar bahwa mereka bersaudara, kita harus memiliki alasan yang menyatukan "naluri" itu untuk satu tujuan. 
Ada pakar dan pengamat yang berkata begini, "kekerasan itu bisa dihilangkan dengan perang melawan kemiskinan."  Benarkah? 
Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kita untuk memerangi kemiskinan untuk meredam aksi KEKERASAN. Kemiskinan sudah adalah solusi yaitu zakat. Cara Rasulullah SAW menangani aksi kekerasan yang dilakukan beliau pada dua suku yang selalu bertikai, Aus dan Khazraj adalah dengan menyeru mereka kejalan Islam dan mengajak serta keduanya dalam JIHAD memerangi kaum kafir Quraisy dan kaum yang selalu menghalangi dakwah Rasul dan para Sahabat.
Indonesia memliki solusi untuk KEKERASAN itu, yaitu islam yang menjadi agama mayoritas disini dan PERANG yang terus bergejolak tiada henti. Sadarkah kita bahwa sekarang sedang PERANG? siapa sebenarnya "musuh yang kasat mata itu"? 
Lalu ini PERANG yang seperti apa?
Perang selalu ada musuh, atau lawan yang akan diperangi. Untuk mengetahui perang  jenis apa yang sedang kita hadapi, maka dari itu:
(1) KENALILAH DIRI, seperti yang diperintahkan Allah dalam ayat pertama kali diperdengarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq 96:1-5)
Allah SAW sudah mengingatkan, bahkan peringatan pertama untuk manusia adalah ia mengenal dirinya, siapa Tuhannya? darimana ia berasal? dan Allah mengajarkan manusia agar mengenal diri-Nya.
(2) MENGENAL MUSUH 
Siapa musuh kita? dan perang jenis apa ini?
"Tidaklah mereka (orang munafik) mengetahui bahwa barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahanamlah baginya, dia kekal didalamnya. Itulah kehinaan yang besar." (At-Taubah 9:63)
Inilah "musuh yang kasat mata" yang telah dijawab oleh Allah, yaitu golongan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, dalam ayat ini dikhususkan untuk golongan orang munafik. 
Sesungguhnya dalam selimut itu lebih berbahaya daripada musuh yang jelas-jelas memerangi. Ibarat duri dalam daging, ia ada untuk membusuki. Mereka merasuk ke sendi-sendi Islam tanpa kita ketahui dengan ajaran kebebasan dan HAM yang selalu mereka dengungkan. Berkembangnya faham pluralisme, Liberalisme, Perenialisme dan isme-isme yang lain yang jelas bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan ini tidak sedikit dari mereka yang mengaku Islam tetapi mengajarkan pemikiran yang sesat. 
Ini adalah PERANG, banyakkah dari kita yang menyadari akan hal ini?
(3) Mengenal LANGIT dan BUMI, akan menang atas segalanya.
Allah telah menjanjikannya dalam Al-Qur'an.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada me-reka berkah dari LANGIT dan BUMI, tetapi mereka mendus-takan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka di-sebabkan perbuatan mereka sendiri". (Al-A"raf: 96)
Iman dan Taqwa adalah kunci sukses dalam memenangkan PERANG ini. Siapa yang bertaqwa maka pertolongan Allah akan selalu datang dari arah yang tidak kita kira.
Langit, erat kaitannya dengan fungsi Iman dan Taqwa dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, 'Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (al-Anfaal: 9)
.
Bumi, selalu mengikat Iman dan Taqwa kita kepada Allah dengan alam sekitar, sehingga berkehendaklah bumi ini memberikan pertolongannya atas izin Allah. Dan ingatlah ketika  Allah  menerangkan kisah AHZAB yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu lihat adalah para malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu. 
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[1]. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan." (Al-Ahzab:9)
KINI saatnya kita umat Muslim ini bangun dari tidur panjang ini, TIDUR ini telah menyebabkan kita  "ngelindur" sehingga bertikai satu sama lain. Bukalah mata lebar-labar, perang ini tidak akan pernah usai, manusia akan tetap berperang terus sampai akhir kiamat demi eksistensinya. Telah nyata pedang sudah dihunus  untuk mencabik-cabik Islam dalam aqidah, politik, pendidikan, Ekonomi, sosial dan masyarakat. Tungganglah "kuda yang tertambatkan" itu untuk menyongsong musuh digaris depan dimana tempat kita berada sekarang.

Membenci perang bukan solusi untuk menciptakan KEDAMAIAN. 
Memahamkan masyarakat bahwa perang (JIHAD) itu wajib bagi setiap muslim ialah yang utama. Islam tidak akan menjadi rahmatan lil alamin jika tidak diperjuangkan dengan PERANG. Perang /JIHAD dalam Islam jauh dari KEKERASAN, Rasulullah SAW melarang membunuh wanita, anak-anak dan musuh yang sudah menyerah. Umar bin Khaththab memasuki kota Yerusalem dengan damai tanpa menumpahkan darah dan penghancuran tempat ibadah pascakota itu takluk oleh pasukan Khalid bin Walid.
wallahu'alam bish shawab

Read More......

Rabu, 20 April 2011

IMAJINASI DALAM KEHIDUPAN DIRI


Semua berawal dari imajinasi.

Inilah Indonesia, seratus tahun yang lalu tidak ada yang MENYADARI akan potensinya?



Memang, seratus tahun yang lalu orang-orang berpendidikan sangat jarang di negeri ini. Kegiatan baca-tulis sesuatu hal yang langka ditengah kebodohan bangsa yang selama 350 tahun dijajah. Jika sampai sekarang ini, 2011 artinya 66 tahun Indonesia merdeka, belum ada yang bisa menyadari potensi Indonesia hari ini dan masa yang akan datang, belum ada yang dapat membayangkan Indonesia kedepan seperti apa dan tidak seorangpun yang bisa merencanakan untuk hari esok. Inilah tanda dari matinya IMAJINASI.



Matinya imajinasi menjadi jalan suram nasib bangsa kedepan. Benar, itulah yang banyak dikhawatirkan oleh para budayawan Indonesia. peralihan budaya baca-tulis menjadi budaya audio-visual kian menggerus minat baca para kalangan. Budaya belanja buku digantikan oleh shopping di mall, budaya peran aktif dalam bedah buku makin tak terlihat minat para pemuda karena lebih senang datang ke konser-konser musik. Ini masalah, namun sedikit orang yang menyadari karena matinya imajinasi.


Sejarah selalu berubah, demikian pula budaya akan bergeser. Ketika dahulu bangsa ini diperjuangkan oleh tetesan darah para pahlawan, jika Indonesia merdeka yang ada dibenak mereka dapat membayangkan nasib Indonesia yang lebih baik tanpa penjajahan. MERDEKA!


Film, inilah salah satu yang ikut menggerus imajinasi. Bayangkan, tidak akan kita temui perintah untuk berimajinasi saat disuguhkan sebuah film, semua praktis ada didepan mata tinggal dinikmati, instan sekali bukan? tanpa susah payah memeras otak, memusingkan kepala hanya sekedar memvisualisasikan sebuah objek dalam benak, semua sudah tersaji indah. namun tak seindah yang dibayangkan. Imajinasi lebih indah daripada gambar visual nyata seindah apapun, karena ia bebas melanglang buana tanpa batas. Inilah kekuatan Imajinasi, apa banyak orang sadar akan potensinya?


Berbagai perangkat budaya audio visual semua mengekang imajinasi, kemampuan daya pikir otak ini berkurang. Buatlah sebuah perbandingan, jika kita menonton film selama 2 jam selesai, namun apa yang terjadi jika waktu dua jam itu digunakan untuk membaca sebuah novel, rata-rata kemamuan baca seseorang dalam 2 jam hanya dapat meraup 120 halaman. 120 halaman itu mungkin hanya sepertiga dari keseluruhan cerita, belum selesai. KENAPA? inilah imajinasi. Beda antara penonton dan pembaca adalah para penonton hanya menggunakan indera penglihatan dan pendengaran saja dan juga tidak berimajinasi sama sekali, sedangkan para pembaca ia menggunakan seluruh pancaindera untuk menangkap deskripsi yang ia baca, dari deskripsi tertulis itulah muncul IMAJINASI.


Saat masih bocah ingusan, saya ingat kerika itu yang saya gemari adalah membaca cerita bergambar. Pokoknya kalau ada gambarnya saya senang. Mengapa? ini karena saat usia-usia seperti itu daya imajinasi kita masih lemah, belum terasah maka harus dirangsang dengan ilustrasi-ilustrasi cerita bergambar. Sekarang pertanyaannya, apa yang membedakan antara daya pikir seorang bocah dan daya pikir orang dewasa? jawabnya adalah IMAJINASI.


Suatu saat nanti akan kita temui budaya turunan dari budaya audio-visual ini, yaitu budaya PRAGMATISME. Budaya ini mengajarkan kita pada kepraktisan, semua dinilai harus praktis, tidak ada ruang untuk berpikir dan berimajinasi kedepannya seperti apa. Ya, tanda-tanda itu telah nyata, sudah banyak contohnya namun belum bisa bangsa ini disebut bangsa yang pragmatisme. Masih ada waktu, dan kapal ini belum karam.  Sebelum badai datang mari, kita berupaya untuk membelokkan arah angin.

Read More......

Selasa, 19 April 2011

MATI BERKARYA?


Dalam berkarya, ini adalah permasalahan klasik yang tidak ada ujung pangkalnya, apa lagi untuk penulis pemula, inspirasi adalah problema. Sebernarnya insprirasi itu bisa juga diubah menjadi dinamika yang selalu bergerak bebas tanpa tersekat ruang gerak imajinasi yang berlanjut ke fantasi-fantasi yang tidak batasnya.

Apa sich inspirasi? datang dari manakah beliau itu.


Jika melihat arah panah dari segitiga imajinasi -  fantasi - inspirasi dan berlanjut ke karya, jelas inspirasi datang dari fantasi dan karya, inspirasi menghasilkan imajinasi dan juga karya. Mengapa demikian? ini penjelasannnya.

Imajinasi menurut kamus adalah khayalan, angan-angan. Fantasi adalah ilusi, khayalan yang aneh. Inspirasi adalah ilham, sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta.

Imajinasi masih berupa angan-angan kosong, ia datang sambil lalu dibenak seseorang, biasanya ini hanyalah khayalan sesaat yang tidak memberikan arti sama sekali. Jika khayalan ini berlanjut, disana ada peran otak dalam proses berpikir terkait sebab dan akibatnya, maka ini sudah masuk ketataran fantasi. Imajinasi dan fantasi adalah dua kakak beradik yang satu sekolah namun beda kelas.

Dimanakah karya itu berada?

Karya tercipta dari dari sebuah fantasi dan inspirasi. perhatikan dua anak panah yang menuju ke KARYA. anak panah dari fantasi hanya satu arah, sedangkan dari inspirasi ada dua arah panah bolak-balik. Ini adalah pembeda pada proses sebuah sastra otentik dan sastra pembanding. Secara garis besar sebuah karya yang otentik itu diciptakan dari Fantasi, tidak lewat inspirasi, tetapi bisa saja diawali oleh sebuah inspirasi - imajinasi - fantasi dan kemudian bermuara di karya.

Sastra pembanding ini lahir dari inspirasi, hanya inspirasi. Ide dan jalan ceritanya diambil dari karya sasta serupa lalu berlanut menjadi karya sastra. Prosesnya seperti ini, karya - inspirasi - karya.

Banyak contoh yang menunjukkan gelagat seperti ini, alasannya cuma karena tuntutan industri jadi murni bukan dari proses berpikir hingga berfantasi oleh cerita yang dibuat. contoh: saat novel GAJAH MADA laris manis di pasaran, maka tumbuhlah semakin banyak novel sejarah yang serupa, jika kita perhatikan karya sastra pembanding itu murni pyur melayani pasar, tidak ada idealisme disana karen tidak melalui proses 'fantasi'.

Saat novel AYAT-AYAT CINTA meledak dipasaran, maka muncul pula novel serupa bak 'cendawan dimusim penghujan'. Ide ceritanya hampir sama, demikian pula dengan judul hampir persis sama, Langit-Langit Cinta, Sabda-Sabda Cinta dll. Ceritanya sama karena terinpirasi, sama halnya seperti cerita CINDERELLA dan legenda rakyat BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH, seperti itulah tetapi kalau kasus ini belum ada yang bisa membuktikan siapa menginspirasi siapa.

Karya itu berasal dari inspirasi dan fantasi, jika ingin berkarya! Karya yang mana yang akan ditulis? sekarang tinggal mengikuti alur seperti diatas, tidak ada alasan untuk tidak punya inspirasi karena inspirasi ada dimana-mana. Jiwa seni kita dituntut untuk menjemput inspirasi itu sendiri.

Tulisan ini bisa dilihat di: tembangdibataslangit.blogspot.com

Read More......