Minggu, 27 November 2011

HALAL itu SEHAT, SEHAT juga HALAL

Berikut pandangan Islam Liberal tentang sertifikasi Halal yang ditulis Ulil Abshar Abdala yang dimuat dalam situs liberal di Indonesia

“Sehat” adalah kategori yang relevan untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik Muslim atau non-Muslim. Sementara kategori “halal” hanyalah relevan secara terbatas untuk umat Islam saja. Tugas pemerintah sebagai institusi yang menaungi semua kelompok umat beragama hanyalah menjamin status kesehatan makanan. Sementara masalah halal dan haram adalah urusan dapur umat Islam sendiri.

Masyarakat Muslim harus bisa membedakan antara dua kategori: “sehat” dan “halal”. “Sehat” adalah kategori yang relevan untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik Muslim atau non-Muslim. Sementara kategori “halal” hanyalah relevan secara terbatas untuk umat Islam saja. Tugas pemerintah sebagai institusi yang menaungi semua kelompok umat beragama hanyalah menjamin status kesehatan makanan. Sementara masalah halal dan haram adalah urusan dapur umat Islam sendiri.

Saya rasa pandangan orang yang mewakili "Islam Liberal" ini (Ulil Abshar Abdalla dkk) benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah sekumpulan orang-orang Liberal yang mengaku Islam. Syariat mana yang membedakan "halal" dan "sehat"?

Al-qur'an menganjurkan umat Nabi Muhammad SAW untuk memakan makanan yang halal dan menyehatkan. Satu lagi syarat makanan yang mendampingi kehalalan adalah "toyib", bisa diartikan bergizi, sehat, tidak menimbulkan mudarat. Jika seseorang menderita penyakit darah tinggi, "haram" baginya untuk memakan sate kambing, jika dikhawatirkan setelah makan penyakitnya akan kumat. Hukum sate kambing adalah halal, namun bisa berubah "haram" karena si pemakan adalah penderita darah tinggi dengan dalil "toyyib".

"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan toyyib (baik), dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)

Jelas ada relasi yang kuat antara "halal" dan "sehat". Itulah keutamaan bagi orang-orang yang mau berpikir dan tidak disertai nafsu.

Kenapa babi haram? 

Sampai bumi ini kiamat sekalipun babi dan segala macam turunannya adalah haram hukumnya. Mayarakat awam memahami bahwa babi haram dimakan karena dagingnya mengandung cacing pita yang tidak mati oleh suhu air mendidih. Benar, ini ilmiah karena penelitian biologi membuktikan, anak-anak sekolah diajarkan demikian.


Tetapi pertanyaannya yang akan muncul muncul adalah bagaimana jika teknologi manusia sudah bisa membunuh cacing pita tersebut, apakah babi halal dimakan?
Al-qur'an jelas mengatakan hukumnya haram maka haram, kecuali bila ada alasan yang dibenarkan syar'i. Mengapa? karena itu perintah Allah SWT, wajib bagi muslim untuk mematuhi tanpa syarat.


Ada banyak ibroh yang bisa dipetik bila kita patuh akan perintah Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan oleh Ulama Ibnu Qoyyim al Jauziyah dan Syech Yusuf Qordhawi, namun itu tetap ibroh (manfaat/keutamaan) dan bukan alasan utama bagi kita untuk tidak memakan babi.

Ibnul Qayyim berkata: 

"Seseorang akan memiliki kemiripan karakter dan sifat dengan jenis makanan yang dikonsumsinya. Sebagaimana hikmah Allah pada makhluk-Nya juga berlaku pada syariat dan perintah-Nya. Oleh karena itu Allah mengharamkan segala perkara yang jelek atas hamba-hamba-Nya. Sebab jika mereka mengkonsumsinya makanan makanan yang jelek itu akan menjadi bagian dari tubuh mereka. Akibatnya bagian-bagian tubuh mereka akan mirip dengan jenis makanan tersebut. Jadi seseorang akan memiliki kemiripan dengan makanan yang dikonsumsinya, bahkan makanan tersebut akan menyatu dengan dirinya. Oleh sebab itu pula manusia lebih lurus tabiatnya daripada tabiat hewan karena makanan yang dikonsumsi juga lebih bagus. Mengkonsumsi darah dan daging hewan buas akan mewariskan sifat hewani dan setani kepada orang yang memakannya. Dan salah satu keelokan syariat adalah pengharaman jenis-jenis makanan tersebut. Kecuali jika terbenturan dengan maslahat yang jelas, seperti dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu pula, ketika kaum Nasrani mengkonsumsi daging babi, maka terwarisi jugalah sifat keras kepala dan keras hati pada mereka. Demikian pula orang yang mengkonsumsi daging binatang buas dan anjing, maka iapun mewarisi kekuatan binatang-binatang itu. Karena kekuatan setani adalah kekuatan yang telah bisa masuk kepada binatang-binatang buas yang bertaring tersebut dan memang telah ditetapkan baginya, maka syariatpun mengharamkannya. Demikian pula halnya unta, kekuatan setani bisa masuk kepadanya, maka siapa saja yang memakan dagingnya diperintahkan untuk berwudhu'. Dan begitu pula keledai, sifat-sifat keledai akan melekat pada diri yang memakan dagingnya, maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam melarang kita memakan daging keledai piaraan. Disebabkan darah merupakan tempat mengalirnya setan maka Allah mengharamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan hikmah Allah Ta'ala pada makhluk-makhluk-Nya dan syariat-Nya dan membandingkan antara keduanya, niscaya akan terbuka baginya ma'rifah asma Allah dan sifat-sifat-Nya." 

Ternyata untuk menjadi seorang Muslim/hidup sebagai Muslim tidaklah semudah masuk Islam.Nyaris harus jadi manusia yg sempurna luar dalam. 
Dikatakan Islam tidak mempersulit, Agama mudah, Agama yg paling baik dst. namun kenyataannya adalah tidak demikian. 

Bagi seorang Muslim ia harus tau cara membaca Alquran dan untuk memahaminya dia harus bisa berbahasa ARAB serta melengkapi dengan Hadis dan AsbhabulNuzul, untuk menjadi Muslim yg saleh ia harus mengetahui yg HARAM dan HALAL. Dua kata sederhana yg terdiri atas 5 huruf ternyata untuk memahaminya tidak sesederhana bentuk katanya. 
Untuk memahami kedua kata tersebut pun dibutuhkan Intelegensia yg cukup tinggi dan tidak semua Muslim mempunyainya. Ada ribuan hal yg dikategorikan sebagai Halal dan Haram yg dijabarkan para Alim Ulama dari Alquran dan Hadis. 

Dr Yusuf Qardhawi berkata:
Naluri manusia yang baik sudah barang tentu tidak akan menyukainya, karena makanan-makanan babi itu yang kotor-kotor dan najis.

"Dan Allah mengharamkan atas mereka yang kotor-kotor." (al-A'raf: 156)

Silahkan anda lihat di: 

Efek yang paling menakutkan dari memakan aabi adalah menurunnya sifa-sifat binatang (babi) pada diri manusia. Sifat-sifat buruk babi diantaranya:

1. Hidup Kotor dan Jorok
Babi lain daripada sapi, sapi tidak akan mau memakan makanan yang terkena kotoran. Lain halnya dengan babi, bukan saja ia mau memakan makanan yang terkena kotorannya bahkan kotorannya juga dimakan. 
2. "Seks Party"
Bila dalam satu kandang ayam ada dua pejantan dan satu betina, yang akan terjadi disana dua pejantan itu akan bertarung memperebutkan sang betina. Bila ada yang kalah, sang pemenang mendapatkan betina, ia berhak mengawininya. Bagitu juga sapi, sapi tidak akan mau mengawini sapi betina yang diketahui sudah "berkumpul" dengan pejantan lain. Ini manusiawi!
Lain dengan babi, bila ada dua pejantan dan satu betina dalam satu kandang, kedua pejantan itu akan beramai-ramai mengawini si betina, bahkan sampai terjadi analseks dan homoseksual antar dua pejantan tersebut. Nauzubillahi min dzalik!
maka benar seperti kata Syech Yusuf Qardhawi, "Sementara ahli penyelidik berpendapat, bahwa membiasakan makan daging babi dapat melemahkan perasaan cemburu terhadap hal-hal yang terlarang"

Sungguh jelas peradaban manusia pemakan babiNauzhubillahi min dzalik!

Read More......

Jumat, 25 November 2011

WEATHER and LOVE

Sebuah kisah antara cinta dan cuaca. Weather and love, how is your feeling? 

Dalam hatiku selalu merenung, benarkah cuaca dihari ini selalu mewakili perasaanku? akankah ketika hujan seakan tumpah ruah dari langit, hati ini sedang gundah. Apakah ketika halilintar tiba-tiba menggelegar dibelakangku, aku terperanjat, marah atau sedih yang tak berujung. Begiturkah?


Dibenakku, terkadang bilaku sendiri dalam kerisauan. Bayang-bayang kelabu bak serpihan memori dejavu yang kian berurai menjadi serangkaian sketsa. "Ada seseorang gadis kecil yang menatap keluar, menerawang dijendela basah, hujan turun deras membasahi pekarangannya yang ditumbuhi pepohonan lebat". Siapakah dia?

Makna cuaca yang selalu menjadi latar bagi deskripsi perasaan;

1. Angin sepoi-sepoi bertiup menghembuskan dedaunan kering. Pepohonan juga menggugurkan daun-daun yang telah menguning dari dahan pohon. Seakan-akan musim berganti dan udara berubah lembab. 
"Cuaca ini menjadi simbol nyanyian kasmaran, ketika menemukan seseorang yang ia cari atau jatuh cinta pada pandangan pertama. Di film Mohabbatein, event ini menjadi pembuka kisah cinta tiga tokoh utamanya"
2. Angin kencang menerpa wajah seseorang, rambutnya sampai tergerai oleh terpaannya. Panji-panji berkibar dan layar terkembang. The wind in our side and this is good day for die.
"Keadaan ini menjadi legitimasi bahwa alam telah berpihak. Gelora semangat menggelegar didalam sanubari setiap insan untuk berperang sampai mati, bertempur sampai hancur. Di film Red Cliff dan Pirate and Carribean, at World's End, event ini muncul menjelang final battle."
3.  Hujan turun deras malam ini hingga jalanan basah tergenang air. Halilintar memekakkan telinga menyambar sahut-menyahut, kilat putih tidak henti menerangi langit gelap, mega hitam bergulung-gulung diangkasa.
"Perasaan sedih bagai hati ini teriris perih, air matanya berlinang bersama air hujan yang deras membasahi wajah. Isak tangis luka membuatnya tak henti untuk melupakan sakit hati yang dirasa, ibarat luka menganga terkena air, pedih.... Sinetron-sinetron Indonesia kerap memakai scene seperti ini, sehingga tampak lebayy mengumbar penderitaan tokoh utamanya."
4. Sepasang kekasih berdiri saling bertatapan dibawah guyuran hujan. Hujan deras mendera hingga semua basah, tapi ini tidak disertai petir.
"Latar seperti ini akan membawa dua kisah tentang akhir para kekasih itu, sad ending or happy ending. Bila sad ending, maka hujan ini adalah simbol dari kesedihan, tetapi masih menyisakan asa bagi keduanya. Happy ending, ini menjadi akhir dari kisah cinta, the end and the story ended by romantic circumstance
Hujan disini berarti romantis atau kegalauan." 

 5. Hujan gerimis, air dari langit jatuh rintik-rintik bak puing-puing kecil. Hujan ini turun ditengah-tengah konflik sedang berlangsung.
"Hujan simbol yang memberikan arti pada dramatisasi keadaan. Hujan ini menjadi pemanis konflik agar situasi menjadi hidup dan tumbuh tunas-tunas haru.
6. Pagi dimusim semi, kuncup dedaunan hijau mekar diranting-ranting pohon. Tunas-tunas baru muncul dan burung-burung asyik bercengkrama, berkicau riang tak jemu.
"Dunia baru telah dimulai, the new era has began. Setelah melewati musim dingin yang melelahkan."


Read More......

Rabu, 23 November 2011

SARJANA JADI PETANI SAJA

Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia, dengan lahan pertanian yang subur membentang dari sabang sampai merauke, matahari yang bersinar sepanjang tahun dan garis pantai terpanjang kedua didunia serta potensi laut yang kaya. Ketersediaan sumber daya alam yang memadai bukanlah secara otomatis ketahanan pangan nasional akan terpenuhi, tetapi harus ada phak-pihak yang berperan dalam mengelola potensi tersebut.
Birokrasi yang melahirkan regulasi dan stakeholder yang menyediakan fasilitas dan infrastruktur belumlah cukup, harus ada orang-orang terpelajar yang terjun langsung di lapangan. Suatu kebijakan, sebaik apapun kebijakan yang dikeluarkan untuk mendukung program pangan nasional akan mental di grass root, seperti contoh: keberhasilan program swasembada pangan beras 2009, produksi beras nasional melampaui kebutuhan pokok nasional, sehingga keran ekspor terbuka lebar. Apakah para petani kita ikut menikmati atas keberhasilan program tersebut? Tidak, taraf hidup mereka tidak jauh berubah.
Petani kita butuh seorang pendamping sekaligus mentor yang membimbing mereka, baik dalam proses produksi maupun nanti setelah pengolahan pascapanen. Para petani di Indonesia bukanlah orang miskin, mereka hanyalah orang-orang yang mayoritas tidak bisa mengelola kekayaannya. Bisa dikatakan para petani kita lemah dalam manajemen, sehingga pengelolaan hasil panen tidak maksimal. Sering pula mereka ditipu oleh tengkulak karena ketidaktahuan mereka dalam dunia marketing dan pemasaaran. Para “mafia” itu pintar memainkan harga pasar sehingga mencekik petani saat panen tiba.
Hal yang membuat para sarjana “malas” untuk terjun ke sawah dan babat alas untuk membuka lahan adalah ketika berhadapan dengan stigma masyarakat. “Sekolah tinggi-tinggi, kok ya jadi petani to nak?” Inilah problem sekaligus dilemma bagi para sarjana, sepertinya pekerjaan petani hanya teruntuk bagi orang-orang yang tidak sekolah atau bersekolah rendah, para sarjana haruslah jadi orang gajian saja (baca: pegawai).
Ingin rasa saya berteriak untuk menantang stigma negatif masyarakat itu, “Indonesia ini gak maju-maju karena petaninya gak sekolah, mau aja ditipu orang lain.” Atau, “Bapak harusnya sekolah dulu baru jadi petani, supaya jadi kaya raya seperti Mister petani di Amerika.”

Petani sejahtera, Indonesia Jaya!
Semboyan itu menjadi motto dari kementerian Pertanian RI, Prabowo Subiyanti dan Bob Sadino juga mengemukakan hal itu. Indonesia dikenal dari masa ke masa sebagai Negara agararis, dimana pertanian menjadi tulang punggung utama dan maritime sebagai pelengkap. Ada tiga pekerjaan orang-orang melayu yang begitu disegani bangsa asing; petani, nelayan dan perompak (Marsden, William 1783 M).
Sayang, potensi ini tidak menjadi menu utama untuk santapan mencari nafkah dewasa ini. Indonesia seperti dipaksakan menjadi Negara industri dan menjadi seorang enterpreneurs begitu seksi dikalangan mahasiswa. Kebijakan pemerintah dan program kampus cenderung menjadikan semangat wirausaha sebagai solusi untuk mengatasi ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Bukannya pesimis Indonesia bisa menjadi Negara Industri, tetapi Negara ini belum siap, pondasinya masih sangat rapuh.
Jika saja bangsa Indonesia mengalami revolusi layaknya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke XVIII, saya yakin Indonesia pasti Indonesia akan selalu bergantung pada Negara lain. Kedelai, jagung dan daging kita masih impor, lalu darimana kita mendapatkan bahan baku untuk Industri?
Hal yang sangat kontradiktif adalah para pengusaha Indonesia, baik melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) maupun asosiasi lain selalu mengajak para kawula muda untuk berwirausaha, jadilah pengusaha (non-agraris) setelah lulus nanti. Seminar-seminar tentang kewirausahaan begitu marak di perguruan tinggi bak cendawan dimusim penghujan. Para pengusaha-pengusaha itu sampai rela menyempatkan waktunya untuk road show ke kampus-kampus. Sebagai seorang agent of change, mahasiswa adalah orang-orang terpelajar yang katanya kritis itu kenapa tidak timbul pertanyaan dibenaknya. Kenapa?
Sepuluh besar orang terkaya di Indonesia adalah orang-orang yang bergerak dibidang pertanian tetapi Industri mereka ada. Seperti perusahaan Rokok, mereka berkecimpung dalam pertanian tembakau dalam skala besar. Sinarmas Group ternyata juga memiliki perkebunan berhektar-hektar. Pengusaha “Sugar Group Company”, bergerak dalam pertanian tebu. Bakrie Group juga bergerak di bidang pertanian.
Apa artinya ini?
Para pengusaha itu menjadi kaya memang karena industri, tetapi yang menjadi periuk nasi mereka adalah produksi pertanian domestik. Sebagai contoh, rokok menjadi industri sejak melimpahnya stok tembakau karena program culture stelsel (tanam paksa) dari pemerintah Belanda. Tembakau mentah bejibun diekspor penjajah ke Negara lain. Karena banjirnya bahan baku didalam negeri, inilah start awal kemudian timbul inisiatif dari para boemipoetra untuk menangkap peluang dengan membuka industri rokok domestic, kemudian lahirlah perusahaan-perusahaan rokok seperti Djarum, Gudang Garam, Sukun, Sampoerna dan lain-lain.
Jadi manakah yang harus didahulukan, pertanian atau industri?

Revolusi Industri di Inggris
Belajar dari revolusi Industri di Inggris, paradigma yang muncul dibenak kita adalah revolusi pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi setelah ditemukan mesin uap oleh James Watt. Dari keberhasilan inggris membuat terobosan, mengganti tenaga manusia menjadi tenaga mesin sehingga produksi industry meningkat tajam.
Adakah dari kita yang berpikir bahwa “mesin uap”lah penyebab dari kebangkitan Industri? Mungkin sebagian besar dari kita menjawa, “ya”.
Saya katakan mesin uap hanya akibat bukan sebab, disebabkan dari membanjirnya stok bahan mentah pertanian. Kita tahu pada masa itu Kerajaan Protestan Anglikan Inggris mempunyai tanah jajahan terluas pada jaman kolonialisme. Semua tanah jajahan dijadikan basis pertanian, mereka selaku pemegang otoritas tertinggi mengendalikan kran eksport-import. Hingga pada suatu masa, dimana kebutuhan manusia kian meningkat dan bahan mentah itu dituntut untuk diolah menjadi barang jadi agar bernilai tinggi, menguntungkan dan bisa tahan lama, tidak cepat rusak.
Saat itulah ilmuwan-ilmuwan Inggris dipaksa untuk menjadi solusi dari masalah ini, hingga pada akhirnya James Watt muncul sebagai “pahlawan” untuk menjawab problema tersebut. Mesin uap menjadi awal perubahan sosial masyarakat dunia, seiring dengan perkembangan teknologi mesin produksi, insutri menjadi merajai dunia.
Belajar dari sejarah inilah, sudah seharusnya para ilmuwan-ilmuwan Indonesia fokus pada tekonologi tepat guna. Jarang ada ilmuwan yang menciptakan alat pertanian modern seperti di Negara-Negara maju. Kita tunggu saja, apakah ada “James Watt” baru muncul di Indonesia? sehingga nanti ada revolusi pertanian di Indonesia, semoga saja.
Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia melalui LIPI memiliki program bio-teknologi untuk pertanian. Penelitian rekayasa genetik itu telah menghasilkan varietas baru, yang lebih unggul dari varietas sebelumnya. Akan tetapi produk itu masih tekendala birokrasi, butuh sosialisasi intensif ke para petani agar mau memakai produk dari LIPI. Seandainya saja para petani kita didominasi oleh orang-orang terpelajar, mungkin sosialisasi itu tidak akan memakan waktu lama.

Indonesia menjadi Negara Industri
Indonsia sangat berpotensi untuk menjadi Negara industri, pertumbuhan ekonomi tinggi, angkatan kerja yang besar serta pangsa pasar yang luas dengan dua ratus empat puluh juta jiwa lebih penduduk. Tetapi menjadi Negara industri itu menjadi sangat “dipaksakan” apabila tidak diimbangi dengan semangat agraria dan bahari yang menjadi daya tarik Indonesia pada masa lampau.
Dari sini, saya mengajak para calon-calon sarjana maupun para lulusan perguruan tinggi nantinya akan menaruh perhatian pada dunia agararia, malah akan lebih baik jika bisa terjun langsung didalamnya. Supaya perimbangan opini antara semangat enterpreneuship (baca: Industri) dikalangan mahasiswa dengan ketersediaan ketersediaan bahan baku (baca: pertanian).

Read More......

PERAN GANDA

Sering dan ini kerap terjadi dihari-hariku dalam bulan-bulan ini, pagi aku harus berangkat kerja, pulang bila senja telah menjelang. Pagi hingga tengah hari aku di proyek dan selepas sholat zhuhur biasanya aku langsung meluncur untuk mengikuti kuliahku. Melelahkan namun juga menyenangkan.
Ada yang menarik dari kisah para tukang-tukangku.
“Bisa lembur sampai malam pak? Kira-kira sampai jam Sembilan atau sepuluh malam, mulainya jam tujuh pagi saja. Gimana?” Begitu tawaranku kepada mereka untuk mengejar defisit progress diproyek.
“Wah, gimana ya Mas. Waktunya itu lho yang gak ada,” sahut salah satu dari mereka.
“Ada acara apa pak kalau malam?”
“Ya gak ada acara sih mas, tapi....”
“Tapi apa?”
“Gini, pagi-pagi jam setelah sholat subuh itu langsung berangkat ke kebun atau sawah, menyiangi rumput atau sekedar menengok. Jam tujuh sudah dirumah, kemudian sarapan dan berangkat kerja ke proyek, pulang sampai rumah jam lima. Biasanya kalau gak undangan dari warga, waktu malam untuk kumpul bareng keluarga.”
“Ya, ya,” aku bisa maklum, aku sadar aku tidak sedang berhadapan dengan seorang tukang, tetapi ia juga petani, ayah dan suami.
Kurasa hidup memang begini, menjadi lelaki inilah yang harus kuhadapi, mau tidak mau ini menjadi takdir bagi “laki-laki sejati” menurutku. Dalam benakku dan ini banyak dipengaruhi oleh para ustadz dan murobbi yang menginspirasiku, aku melihat “lelaki sejati” itu tidak menjadi satu bagian  utuh, yang hanya memiki fungsi tunggal dalam hidupnya.
Mereka juga manusia, tetapi memiliki peran yang luar biasa dan itu tidak cuma satu atau dua saja, tetapi lebih dari itu. terkadang mereka bertindak sebagai guru jika dalam majelis pengajian, sebagai saudagar atau pengusaha dalam dunia kerja, menjadi seorang ayah dan suami yang peduli pada keluarga, berperan aktif di lingkungannya dan bertindak sebagai tokoh masyarakat, di keluarga besarnya ia juga berperan sebagai anak, kakak, kakek atau adik dan lain sebagainya.
Berkaca pada hidupku sekarang, rasanya belum apa-apa. Disini aku masih bertindak sebagai kuli karena aku berkerja, terdaftar sebagai mahasiswa tingkat akhir di Undip, menjadi pengurus disalah satu organisasi dan menjadi seorang abang bagi adikku. Rasanya masih banyak yang kurang dalam peranku sekarang ini, jadi tidak ada alasaan untuk sibuk bagiku. “Semua bisa diperjuangkan”, begini kira-kira ungkapan yang cocok .

Read More......

Minggu, 20 November 2011

TRANSFORMASI INDONESIA MELALUI PERNIKAHAN

Pernikahan adalah gerbang perubahan dan anak adalah agennya, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw dalam hadist "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang akan mendidiknya menjadi seorang nasrani, yahudi atau majusi" ( Hadist Mutafaqqun 'alaih ), maka tugas dari fungsi dari pernikahan tidak sebatas melahirkan keturunan, tetapi juga mendidik mereka menjadi generasi penerus yang akan menegakkan nilai-nilai Islam. Anak yang soleh menjadi tonggak perubahan bangsa mulai dari hal yang terkecil, karena rumah tangga adalah dasar dari masyarakat dan bangsa.
Proses perubahan bangsa ini menuju cahaya Islam dimulai ketika terjadi hubungan dagang antara Kota Barus (Sriwijaya) dengan para pedagang Arab tahun sekitar tahun 625 M. Sejarah penyebaran Islam di Nusantara sendiri menjadikan pasar dan pernikahan sebagai gerbang Islamisasi di Indonesia. Prof. DR HAMKA mendapatkan informasi dari catatan seorang penjelajah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan suatu perkampungan Islam di pesisir Barat Sumatera. Orang-orang Arab yang bermukim itu melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi lewat jalan pernikahan.
Pada abad XVI M Islam sudah menjadi agama mayoritas di pesisir Utara Jawa, banyak penguasa daerah (Adipati) yang sudah memeluk Islam. Proses tansformasi sosial ini dilakukan Ulama dengan menjalin hubungan pernikahan dengan kaum bangsawan, seperti Sunan Ampel yang menikahkan putrinya dengan Raden Said alias Sunan Kalijaga, putra Adipati Tuban Tumenggung Wilwatikta.

“Pernikahan adalah transformasi itu sendiri, maka bekali diri untuk “mampu” agar perubahan itu tidak menggerus bahtera rumah tangga yang baru berlayar untuk bersandar di pelabuhan harapan. Merubah bangsa diawali dari diri sendiri untuk bersegera menikah dan melahirkan para tunas-tunas pahlawan pendobrak peradaban"

Read More......

neo-kolonialisme DIAWALI DARI POLITIK ETIS

Perusakan karakter bangsa melalui pendidikan ala barat menjadi senjata ampuh yang melenggangkan penjajahan Belanda hingga sekarang. Belanda terusir paksa untuk angkat kaki dari Indonesia 69 tahun yang lalu, tetapi “puing-puing” penjajahan yang ditinggalkan Belanda sejak bangunan kolonialisme berdiri megah di Indonesia.
Pelaksanaan politik etis adalah upaya untuk mempertahankan penjajahan. Mereka beranggapan bahwa jika Indonesia merdeka, mereka akan kehilangan segalanya. Indonesia, negeri yang kaya raya dibuat menjadi bangsa pengemis (Pramoedya Ananta Toer).
Noe-kolonialisme begitu mudah masuk melalui pintu gerbang yang bernama pendidikan. Rakyat dididik ala barat, sudah barang tentu kurikumnya telah dirancang sedemikian rupa untuk menghindari masyarakat menjadi “pintar”.
Perang Diponegoro atau Java Oorlog (1825 – 1830) menjadi trauma tersendiri bagi Belanda, perang lima tahun itu membuar nafas pemerintahan di Amsterdam menjadi kembang kempis, Negara harus menanggung hutang yang besar atas kerugian akibat perang jawa itu. Inilah ketakutan Belanda jika saja terus-terusan rakyat Indonesia didik oleh ulama-ulama Islam. Bisa jadi suatu saat nanti jika Indonesia merdeka, bangsa ini akan menyerupai Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Demak abad ini.
Politik etis yang dicanangkan Belanda sebagai balas budi atas “kebaikan” Indonesia. Slogan balas budi dalam politik etis hanyalah pemanis bibir agar dagangan belanda laris dan dibeli masyarakat Hindia Belanda.  Politik ini pada akhirnya membuahkan pergerakan nasional, menjadi tonggak sejarah musim semi kebangkitan nasional. Namun efek yang jelas terlihat adalah upaya terselubung untuk menekan kelompok islam (Sarekat Islam). Belanda membangun sekolah-sekolah di Indonesia dan mendidik bangsa ini adalah untuk mencekokkan ideologi-ideologi seperti nasionalisme, komunisme, sosialisme, teosofi, kejawen dll, kemudian ideologi tersebut dibenturkan dengan Islam dan ulamanya.
 Ketauladanan Rasulullah SAW pada masa pergerakan nasional digerus habis, Belanda ingin menggantinya dengan Karl Max (Bapak komunis), Jhon Locke (pencetus ide demokrasi modern) dan Adam Smith (pendiri kapitalis).
Sejatinya kebijakan politik etis pemerintah kolonial Belanda memang untuk menjauhkan ummat Islam di Indonesia dari Rasul-Nya, bukan sebagai balas budi seperti yang tertera dalam buku Sejarah Nasional Indonesia
Misi terselubung dari pengggelontoran politik etis oleh pemerintah kolonial menurut Ahmad Mansyur Surya Negara dalam buku “Api Sejarah” (2009) adalah:
1.      Melumpuhkan ulama melalui politik etis dengan mengganti pola pendidikan pesantren.
2.      Pendangkalan ajaran agama dan perusakan budaya 

Read More......

NURANI KONSTRUKSI

Civil engineering bukanlah ilmu eksak murni. Disiplin ilmu ini tidaklah sama dengan elektro atau mesin, seorang sarjana elektro atau mesin bisa bersikap idealis atas dirinya dan sebagai engineer. Tetapi,  Hukum-hukum fisika tidak sepenuhnya bisa diejawantahkan dalam rekayasa dibidang sipil, ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan dan hal-hal itu jauh dari dari dunia teknik, sosial, ekonomi, politik menjadi faktor yang ikut mempengaruhi.
Dunia konstruksi dan teknik sipil erat kaitannya dengan infrastruktur, ekonomi, politik dan militer. Proyek pekerjaan sipil seperti gedung, jembatan, jalan, bendungan dan lain-lain selalu bersingunggan dengan manusia sebagai pekerja. Ketika suatu proyek pembangunan fisik dilaksanakan, proyek tersebut akan menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja yang terlatih (skilled) maupun buruh kasar yang hanya mengandalkan (unskilled). Semua pekerja dari segala latar belakang bisa ditampung di dunia ini, meningkatkan daya beli masyarakat dan menekan angka inflasi dan mengurangi angka pengangguran.
Pekerjaan konstruksi bak dua sisi mata uang, selain kemanfaatnya yang luas untuk menunjung perekonomian, proyek ini kerap disalahgunakan untuk kepentingan politik yang sarat dengan korupsi, kolui, dan nepotisme juga praktek suap pejabat menjadi menu yang tak tergantikan. Proyek fisik sering menjadi lumbung untuk mendulang pundi-pundi uang guna mengisi kantong-kantong kosong setelah pemilu.
Praktek KKN dalam pengadaan jasa konstruksi menjadi mulus ketika regulasi berupa KEPPRES no. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa proyek yang bernilai kurang dari Rp. 100.000.000 bisa dilaksanakan dengan metode penunjukkan langsung. Jadi tidak mengherankan jika pada proyek pengadaan sering nilai pagu anggaran dipecah menjadi beberapa pekerjaan yang akhirnya masuk kualifikasi untuk penunjukkan langsung, kita tahu sama tahulah dalam penunjukkan langsung mesti saran akan kolusi dan nefotisme.
Inilah yang diajarkan demokrasi kepada kita. Besarnya dana kampanye pemilu menjadi beban untuk kandidat yang menang pemilihan untuk mengembalikan “modal” kampanyenya, melalui apa? Jelas dengan menyalahgunakan wewenang dan jabatan. Bisa jadi dengan kolusi dan nefotisme yang berujung pada suap-menyuap pada proyek pemerintah. Jadi jangan heran jika pada tahun pertama pemerintahan pasca pemillu, proyek fisik bejibun banyaknya.
Biarlah para pejabat disana disibukkan oleh uang dan cara mereka balik modal. Di-grace root sendiri, dikalangan para pekerja kasar, adanya proyek konstruksi menjadi berkah mereka sendiri. Disaat waktu menunggu panen tiba, jelas tidak ada yang dikerjakan oleh para buruh konstruksi yang rata-rata berprofesi sebagai buruh tani. Kerja menjadi buruh konstruksi menjadi pilihan untuk menambah uang saku anak mereka, agar dapur ngebul dan priuk nasi bisa diisi.
Sebagai pelaksana dilapangan dan sering berkomunikasi dengan mereka. Diketahi bahwa mata pencaharian mereka sebagian besar adalah petani, pedagang keliling, pengamen, bahkan ada juga pelaku kejahatan ikut bergabung menjadi buruh kasar. Inilah  manfaat yang dirasakan masyarakat kelas bawah dengan adanya proyek konstruksi.
Ada seorang tukang bangunan, jika tidak kerja diproyek ia menjadi pedagang siomay keliling. Apa manfaat proyek konstruksi yang anda rasakan? Sebagian besar dari mereka menjawab, “saya bisa mendapatkan penghasilan tambahan”. Hanya itu jawabannya, sebuah jawaban yang sederhana, jauh dari muluk-muluk akan manfaat dari bangunan ini jika jadi akan berdampak pada ekonomi, politik dan juga sebagai infrastrukstur penunjang kemajuan bangsa yang sering didengungkan oleh para pejabat-pejabat diatas sana dengan bahasa yang sangat akademis sekali.
Saya yakin jika mereka tahu manfaat yang luas dari proyek  ini. Saya rasa mereka akan membuang jauh-jauh praktek korup dalam sistem birokrasi dan usaha haram yang dilakukannya untuk menebalkan kantong sendri, memakan uang rakyat.
Seandainya mereka tahu? Kalaupun tahu lalu ditaruh dimana nurani mereka selama ini? Para pejabat kita ini mungkin kalah dari segi nurani kepada para buruh-buruh kasar konstruksi.

Read More......