Minggu, 27 November 2011

HALAL itu SEHAT, SEHAT juga HALAL

Berikut pandangan Islam Liberal tentang sertifikasi Halal yang ditulis Ulil Abshar Abdala yang dimuat dalam situs liberal di Indonesia

“Sehat” adalah kategori yang relevan untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik Muslim atau non-Muslim. Sementara kategori “halal” hanyalah relevan secara terbatas untuk umat Islam saja. Tugas pemerintah sebagai institusi yang menaungi semua kelompok umat beragama hanyalah menjamin status kesehatan makanan. Sementara masalah halal dan haram adalah urusan dapur umat Islam sendiri.

Masyarakat Muslim harus bisa membedakan antara dua kategori: “sehat” dan “halal”. “Sehat” adalah kategori yang relevan untuk seluruh masyarakat Indonesia, baik Muslim atau non-Muslim. Sementara kategori “halal” hanyalah relevan secara terbatas untuk umat Islam saja. Tugas pemerintah sebagai institusi yang menaungi semua kelompok umat beragama hanyalah menjamin status kesehatan makanan. Sementara masalah halal dan haram adalah urusan dapur umat Islam sendiri.

Saya rasa pandangan orang yang mewakili "Islam Liberal" ini (Ulil Abshar Abdalla dkk) benar-benar menunjukkan bahwa mereka adalah sekumpulan orang-orang Liberal yang mengaku Islam. Syariat mana yang membedakan "halal" dan "sehat"?

Al-qur'an menganjurkan umat Nabi Muhammad SAW untuk memakan makanan yang halal dan menyehatkan. Satu lagi syarat makanan yang mendampingi kehalalan adalah "toyib", bisa diartikan bergizi, sehat, tidak menimbulkan mudarat. Jika seseorang menderita penyakit darah tinggi, "haram" baginya untuk memakan sate kambing, jika dikhawatirkan setelah makan penyakitnya akan kumat. Hukum sate kambing adalah halal, namun bisa berubah "haram" karena si pemakan adalah penderita darah tinggi dengan dalil "toyyib".

"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan toyyib (baik), dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)

Jelas ada relasi yang kuat antara "halal" dan "sehat". Itulah keutamaan bagi orang-orang yang mau berpikir dan tidak disertai nafsu.

Kenapa babi haram? 

Sampai bumi ini kiamat sekalipun babi dan segala macam turunannya adalah haram hukumnya. Mayarakat awam memahami bahwa babi haram dimakan karena dagingnya mengandung cacing pita yang tidak mati oleh suhu air mendidih. Benar, ini ilmiah karena penelitian biologi membuktikan, anak-anak sekolah diajarkan demikian.


Tetapi pertanyaannya yang akan muncul muncul adalah bagaimana jika teknologi manusia sudah bisa membunuh cacing pita tersebut, apakah babi halal dimakan?
Al-qur'an jelas mengatakan hukumnya haram maka haram, kecuali bila ada alasan yang dibenarkan syar'i. Mengapa? karena itu perintah Allah SWT, wajib bagi muslim untuk mematuhi tanpa syarat.


Ada banyak ibroh yang bisa dipetik bila kita patuh akan perintah Allah SWT sebagaimana yang dijelaskan oleh Ulama Ibnu Qoyyim al Jauziyah dan Syech Yusuf Qordhawi, namun itu tetap ibroh (manfaat/keutamaan) dan bukan alasan utama bagi kita untuk tidak memakan babi.

Ibnul Qayyim berkata: 

"Seseorang akan memiliki kemiripan karakter dan sifat dengan jenis makanan yang dikonsumsinya. Sebagaimana hikmah Allah pada makhluk-Nya juga berlaku pada syariat dan perintah-Nya. Oleh karena itu Allah mengharamkan segala perkara yang jelek atas hamba-hamba-Nya. Sebab jika mereka mengkonsumsinya makanan makanan yang jelek itu akan menjadi bagian dari tubuh mereka. Akibatnya bagian-bagian tubuh mereka akan mirip dengan jenis makanan tersebut. Jadi seseorang akan memiliki kemiripan dengan makanan yang dikonsumsinya, bahkan makanan tersebut akan menyatu dengan dirinya. Oleh sebab itu pula manusia lebih lurus tabiatnya daripada tabiat hewan karena makanan yang dikonsumsi juga lebih bagus. Mengkonsumsi darah dan daging hewan buas akan mewariskan sifat hewani dan setani kepada orang yang memakannya. Dan salah satu keelokan syariat adalah pengharaman jenis-jenis makanan tersebut. Kecuali jika terbenturan dengan maslahat yang jelas, seperti dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu pula, ketika kaum Nasrani mengkonsumsi daging babi, maka terwarisi jugalah sifat keras kepala dan keras hati pada mereka. Demikian pula orang yang mengkonsumsi daging binatang buas dan anjing, maka iapun mewarisi kekuatan binatang-binatang itu. Karena kekuatan setani adalah kekuatan yang telah bisa masuk kepada binatang-binatang buas yang bertaring tersebut dan memang telah ditetapkan baginya, maka syariatpun mengharamkannya. Demikian pula halnya unta, kekuatan setani bisa masuk kepadanya, maka siapa saja yang memakan dagingnya diperintahkan untuk berwudhu'. Dan begitu pula keledai, sifat-sifat keledai akan melekat pada diri yang memakan dagingnya, maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam melarang kita memakan daging keledai piaraan. Disebabkan darah merupakan tempat mengalirnya setan maka Allah mengharamkannya. Barangsiapa yang memperhatikan hikmah Allah Ta'ala pada makhluk-makhluk-Nya dan syariat-Nya dan membandingkan antara keduanya, niscaya akan terbuka baginya ma'rifah asma Allah dan sifat-sifat-Nya." 

Ternyata untuk menjadi seorang Muslim/hidup sebagai Muslim tidaklah semudah masuk Islam.Nyaris harus jadi manusia yg sempurna luar dalam. 
Dikatakan Islam tidak mempersulit, Agama mudah, Agama yg paling baik dst. namun kenyataannya adalah tidak demikian. 

Bagi seorang Muslim ia harus tau cara membaca Alquran dan untuk memahaminya dia harus bisa berbahasa ARAB serta melengkapi dengan Hadis dan AsbhabulNuzul, untuk menjadi Muslim yg saleh ia harus mengetahui yg HARAM dan HALAL. Dua kata sederhana yg terdiri atas 5 huruf ternyata untuk memahaminya tidak sesederhana bentuk katanya. 
Untuk memahami kedua kata tersebut pun dibutuhkan Intelegensia yg cukup tinggi dan tidak semua Muslim mempunyainya. Ada ribuan hal yg dikategorikan sebagai Halal dan Haram yg dijabarkan para Alim Ulama dari Alquran dan Hadis. 

Dr Yusuf Qardhawi berkata:
Naluri manusia yang baik sudah barang tentu tidak akan menyukainya, karena makanan-makanan babi itu yang kotor-kotor dan najis.

"Dan Allah mengharamkan atas mereka yang kotor-kotor." (al-A'raf: 156)

Silahkan anda lihat di: 

Efek yang paling menakutkan dari memakan aabi adalah menurunnya sifa-sifat binatang (babi) pada diri manusia. Sifat-sifat buruk babi diantaranya:

1. Hidup Kotor dan Jorok
Babi lain daripada sapi, sapi tidak akan mau memakan makanan yang terkena kotoran. Lain halnya dengan babi, bukan saja ia mau memakan makanan yang terkena kotorannya bahkan kotorannya juga dimakan. 
2. "Seks Party"
Bila dalam satu kandang ayam ada dua pejantan dan satu betina, yang akan terjadi disana dua pejantan itu akan bertarung memperebutkan sang betina. Bila ada yang kalah, sang pemenang mendapatkan betina, ia berhak mengawininya. Bagitu juga sapi, sapi tidak akan mau mengawini sapi betina yang diketahui sudah "berkumpul" dengan pejantan lain. Ini manusiawi!
Lain dengan babi, bila ada dua pejantan dan satu betina dalam satu kandang, kedua pejantan itu akan beramai-ramai mengawini si betina, bahkan sampai terjadi analseks dan homoseksual antar dua pejantan tersebut. Nauzubillahi min dzalik!
maka benar seperti kata Syech Yusuf Qardhawi, "Sementara ahli penyelidik berpendapat, bahwa membiasakan makan daging babi dapat melemahkan perasaan cemburu terhadap hal-hal yang terlarang"

Sungguh jelas peradaban manusia pemakan babiNauzhubillahi min dzalik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar